Kamis, 17 Januari 2013

[Fanfic] WHITE TULIPS


Title                  : WHITE TULIPS

Character          : Ruki the GazettE

Rate                  : ? (semuanya boleh baca kok)

Genre                : tragedy (?)

Diclaimers        : only this fanfic is mine

Inspired Songs : Shiroki Yuutsu, Sumire, Reila - the GazettE

Warning           : OOC, typo, aneh



Bagaimana kabarmu Reita ??

Apa kau baik-baik saja disana ??

Kau merasa kesepian tidak ??

Apa kau merindukan bass-bassmu ??

Apa kau merindukan bermain musik bersama kami ??

Apa kau merindukan kami ??



Kau tahu, kami sangat merindukanmu disini, tak terasa sudah hampir 4 bulan kau meninggalkan kami semua disini, rasanya aneh sekali tak ada kau yang keras kepala itu. Yang selalu membuat kami tertawa garing dan terkadang kami harus diam kalau kau yang keras kepala itu sedang bicara serius.



Kami sangat merindukanmu. Bukan kami saja, tetapi fans-fans kita begitu merindukanmu, para staff, manager, serta teman serta sahabatmu disini. Kami sangat kehilanganmu, kau tahu.



Rasanya aneh saja sekarang di band kita tak ada orang yang setia menutupi hidungnya. Tak ada yang memainkan solo bassnya bersama Kai. Tak ada lagi yang kupanggil “On Bass Reita” ketika kita sedang live. Dan yang terpenting aku sangat merasa kehilangan sahabat terbaikku, salah seorang yang bersamaku membuat janji bahwa the GazettE adalah band kita yang terakhir.



Sepertinya memang terbukti perkataan kita 11 tahun yang lalu itu. Buktinya di the GazettE lah kau meninggalkan kami semua.



Dan asal kau tahu bass-bassmu sekarang berada di balik peti-peti kaca yang berjejer rapi sepanjang koridor menuju ruangan studio kita. Setiap hari kami selalu melihatnya.


Karena dengan begitu kami seakan melihatmu disana. Jujur, aku hampir selalu meneteskan air mata jika melihatnya, apalagi ketika aku harus berhadapan dengan fotomu di dalam studio kita.


Meskipun itu sangat menyakitkan kami, tapi aku bersikeras untuk memajang fotomu disana. Karena dengan begitu kau seperti bersama kami selama latihan.

Pernah suatu hari, sekitar 3 hari setelah pemakamanmu aku memimpikanmu.

Di dalam mimpiku kau memberiku sesuatu yang bercahaya, aku bingung ketika kau memberikannya padaku. Dan belum sempat aku berkata-kata kau menyampaikan sesuatu “Jagalah ini, dan rawatlah”
Dan seketika itu juga kau pergi, berjalan membelakangiku, menjauh dan semakin jauh hingga aku tak bisa melihatmu lagi. Lalu semuanya menjadi putih.

Aku terbangun dengan air mata yang mengalir di kedua pipiku. Aku masih tak mengerti apa maksudmu dalam mimpiku.



Aku menceritakannya pada Uruha, Aoi, dan Kai. Dan ternyata mereka juga memimpikan hal yang sama sepertiku malam itu.
Dan kami pun tahu bahwa kau memberikan hatimu, perasaanmu kepada kami. Kau ingin perasaan kita tersampaikan ke seluruh dunia, dan tentu saja kau ada di dalamnya.
Tentu saja kami melakukannya, bahkan akan terus kami lakukan.
Inilah kita, kita berbicara melalui musik dan lagu.


Kami tak ingin kau tergantikan Reita, tak ingin. Kami tak ingin ada bassist baru di band kita. Keras kepala memang, sama sepertimu.
Tapi ini adalah keputusan kita semua.





Konser pertama tanpamu terasa sangat aneh, semuanya dalam suasana yang masih diliputi rasa kehilangan yang mendalam. Tapi demi kau, kami berusaha memberikan yang terbaik. Dan di akhir konser ketika kami membawakan lagu Best Friends tanpa sepengatuan kami, para staff menunjukkan foto-foto kebersamaan kita di screen. Sudah kau duga kami semua menangis.
 Aku, Uruha, Aoi, dan Kai tak bisa menyembunyikan air mata ini, dan ini lebih parah dibandingkan ketika kita konser di Tokyo Dome di tahun 2010 lalu. Para staff dan fans pun larut dalam kesedihan.



Hei Bonkura, pertengahan tahun kami sudah berencana untuk membuat biografi tentangmu, dan kami berencana mengadakan konser untuk mengenangmu.

Ah dan tak lupa sekarang kami sedang membuat lagu tentangmu, semoga kau menyukainya. Dan semoga ini semua berjalan sesuai rencana dan sukses.



Baiklah Rei, sampai disini dulu suratku ini.

Kami selalu mendokanmu, semoga kau bahagia disana, di keabadian.



Salam RUKI







Ruki pun memasukkan surat itu ke dalam sebuah sebuah amplop berwarna putih dan menyelipkannya di sebuah karangan bunga tulip putih yang melambangkan kenangan itu.

Ia pun turun dari mobil hitamnya yang telah sampai di sebuah pemakaman yang berada di daerah Kanagawa, tempatnya bersama Reita dan Uruha berasal.


Ia berjalan dengan lambat sambil membawa karangan bunga tulip putih itu di dadanya. Perasaan yang bercampur aduk yang tengah ia rasakan. Ia menatap bunga tulip putih itu lekat-lekat sambil terus berjalan.

Tak beberapa lama ia telah sampai di sebuah makam dengan batu nisan berwarna hitam bertuliskan “Tidur di keabadian, anak, adik, paman, dan sahabat kami Suzuki Akira “


Dengan pelan Ruki membuka kaca mata hitamnya. Ia memandangi makam itu. Setiap 2 minggu sekali ketika tak ada kesibukan ia selalu menyempatkan ke makam sahabatnya ini, biasanya ia bersama Aoi, Kai, dan Uruha. Tapi kali ini ia sendiri, karena mereka bertiga sedang sibuk.


Ditatapnya nanar batu nisan itu. Ia pun membungkuk lalu meletakkan karangan bunga itu di samping kanan batu nisan.



Ia diam, hanya air mata yang berkata.


Tak berapa lama ia pun berjongkok, digenggamnya kedua tangannya di depan dada. Ia berdoa, matanya terpejam.
Angin sepoi-sepoi yang menemaninya berdoa dan kesunyian membuat semakin khusyuknya ia mendoakan sahabatnya ini.


Matanya pun terbuka, ia mengusap bulir-bulir air matanya yang jatuh secara tak sengaja itu.


“Berbahagialah hei Bonkura”, diusapnya batu nisan hitam itu dengan tangan kanannya.

Kemudian ia pun berdiri. Dipakainya lagi kaca mata hitamnya.
Ia berbalik dan berjalan menuju mobil yang terparkir di tepi jalan.



Tak berapa lama angin kencang tiba-tiba berhembus.
Amplop yang berisi surat tak terbaca itu pun tertiup angin.
Terbang ke atas bersama angin entah kemana.



Ruki menatapnya dengan senyum yang berkembang di wajahnya.

Seakan ia tahu bahwa Reita sudah membaca surat darinya dan mengatakan bahwa ia bahagia disana.


“Jaa sayonara”




OWARI


Bandung, 22.05 WIB

17.01.2013




Hwaaaahh~~~
Padahal niatnya bukan bikin sekuel dari fanficku yang sebelum ini
eeeh gara-gara dengerin Shiroki Yuutsu ama Sumire jadi terbawa suasana
Maaf ya pendeeeeekk banget
semoga bisa bermanfaat ketika dibaca *hallah*



KAZE HIKARI13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About