Title : WHITE TULIPS
Character : Ruki the GazettE
Rate : ? (semuanya boleh baca kok)
Genre : tragedy (?)
Diclaimers : only this fanfic is mine
Inspired Songs : Shiroki Yuutsu, Sumire, Reila - the GazettE
Warning : OOC, typo, aneh
Bagaimana kabarmu Reita ??
Character : Ruki the GazettE
Rate : ? (semuanya boleh baca kok)
Genre : tragedy (?)
Diclaimers : only this fanfic is mine
Inspired Songs : Shiroki Yuutsu, Sumire, Reila - the GazettE
Warning : OOC, typo, aneh
Bagaimana kabarmu Reita ??
Apa kau baik-baik saja disana ??
Kau merasa kesepian tidak ??
Apa kau merindukan bass-bassmu ??
Apa kau merindukan bermain musik bersama kami ??
Apa kau merindukan kami ??
Kau tahu, kami sangat merindukanmu disini, tak terasa sudah
hampir 4 bulan kau meninggalkan kami semua disini, rasanya aneh sekali tak ada
kau yang keras kepala itu. Yang selalu membuat kami tertawa garing dan
terkadang kami harus diam kalau kau yang keras kepala itu sedang bicara serius.
Kami sangat merindukanmu. Bukan kami saja, tetapi fans-fans
kita begitu merindukanmu, para staff, manager, serta teman serta sahabatmu
disini. Kami sangat kehilanganmu, kau tahu.
Rasanya aneh saja sekarang di band kita tak ada orang yang
setia menutupi hidungnya. Tak ada yang memainkan solo bassnya bersama Kai. Tak
ada lagi yang kupanggil “On Bass Reita” ketika kita sedang live. Dan yang terpenting
aku sangat merasa kehilangan sahabat terbaikku, salah seorang yang bersamaku
membuat janji bahwa the GazettE adalah band kita yang terakhir.
Sepertinya memang terbukti perkataan kita 11 tahun yang lalu
itu. Buktinya di the GazettE lah kau meninggalkan kami semua.
Dan asal kau tahu bass-bassmu sekarang berada di balik
peti-peti kaca yang berjejer rapi sepanjang koridor menuju ruangan studio kita.
Setiap hari kami selalu melihatnya.
Karena dengan begitu kami seakan melihatmu disana. Jujur,
aku hampir selalu meneteskan air mata jika melihatnya, apalagi ketika aku harus
berhadapan dengan fotomu di dalam studio kita.
Meskipun itu sangat menyakitkan kami, tapi aku bersikeras
untuk memajang fotomu disana. Karena dengan begitu kau seperti bersama kami
selama latihan.
Pernah suatu hari, sekitar 3 hari setelah pemakamanmu aku
memimpikanmu.
Di dalam mimpiku kau memberiku sesuatu yang bercahaya, aku
bingung ketika kau memberikannya padaku. Dan belum sempat aku berkata-kata kau
menyampaikan sesuatu “Jagalah ini, dan rawatlah”
Dan seketika itu juga kau pergi, berjalan membelakangiku,
menjauh dan semakin jauh hingga aku tak bisa melihatmu lagi. Lalu semuanya
menjadi putih.
Aku terbangun dengan air mata yang mengalir di kedua pipiku.
Aku masih tak mengerti apa maksudmu dalam mimpiku.
Aku menceritakannya pada Uruha, Aoi, dan Kai. Dan ternyata
mereka juga memimpikan hal yang sama sepertiku malam itu.
Dan kami pun tahu bahwa kau memberikan hatimu, perasaanmu
kepada kami. Kau ingin perasaan kita tersampaikan ke seluruh dunia, dan tentu
saja kau ada di dalamnya.
Tentu saja kami melakukannya, bahkan akan terus kami
lakukan.
Inilah kita, kita berbicara melalui musik dan lagu.
Kami tak ingin kau tergantikan Reita, tak ingin. Kami tak
ingin ada bassist baru di band kita. Keras kepala memang, sama sepertimu.
Tapi ini adalah keputusan kita semua.
Konser pertama tanpamu terasa sangat aneh, semuanya dalam
suasana yang masih diliputi rasa kehilangan yang mendalam. Tapi demi kau, kami
berusaha memberikan yang terbaik. Dan di akhir konser ketika kami membawakan
lagu Best Friends tanpa sepengatuan kami, para staff menunjukkan foto-foto
kebersamaan kita di screen. Sudah kau duga kami semua menangis.
Aku, Uruha, Aoi, dan
Kai tak bisa menyembunyikan air mata ini, dan ini lebih parah dibandingkan
ketika kita konser di Tokyo Dome di tahun 2010 lalu. Para staff dan fans pun
larut dalam kesedihan.
Hei Bonkura, pertengahan tahun kami sudah berencana untuk
membuat biografi tentangmu, dan kami berencana mengadakan konser untuk
mengenangmu.
Ah dan tak lupa sekarang kami sedang membuat lagu tentangmu, semoga kau menyukainya. Dan semoga ini semua berjalan sesuai rencana dan sukses.
Ah dan tak lupa sekarang kami sedang membuat lagu tentangmu, semoga kau menyukainya. Dan semoga ini semua berjalan sesuai rencana dan sukses.
Baiklah Rei, sampai disini dulu suratku ini.
Kami selalu mendokanmu, semoga kau bahagia disana, di
keabadian.
Salam RUKI
Ruki pun memasukkan surat itu ke dalam sebuah sebuah amplop
berwarna putih dan menyelipkannya di sebuah karangan bunga tulip putih yang
melambangkan kenangan itu.
Ia pun turun dari mobil hitamnya yang telah sampai di sebuah pemakaman yang berada di daerah Kanagawa, tempatnya bersama Reita dan Uruha berasal.
Ia berjalan dengan lambat sambil membawa karangan bunga
tulip putih itu di dadanya. Perasaan yang bercampur aduk yang tengah ia rasakan.
Ia menatap bunga tulip putih itu lekat-lekat sambil terus berjalan.
Tak beberapa lama ia telah sampai di sebuah makam dengan
batu nisan berwarna hitam bertuliskan “Tidur di keabadian, anak, adik, paman,
dan sahabat kami Suzuki Akira “
Dengan pelan Ruki membuka kaca mata hitamnya. Ia memandangi
makam itu. Setiap 2 minggu sekali ketika tak ada kesibukan ia selalu menyempatkan
ke makam sahabatnya ini, biasanya ia bersama Aoi, Kai, dan Uruha. Tapi kali ini
ia sendiri, karena mereka bertiga sedang sibuk.
Ditatapnya nanar batu nisan itu. Ia pun membungkuk lalu
meletakkan karangan bunga itu di samping kanan batu nisan.
Ia diam, hanya air mata yang berkata.
Tak berapa lama ia pun berjongkok, digenggamnya kedua
tangannya di depan dada. Ia berdoa, matanya terpejam.
Angin sepoi-sepoi yang menemaninya berdoa dan kesunyian
membuat semakin khusyuknya ia mendoakan sahabatnya ini.
Matanya pun terbuka, ia mengusap bulir-bulir air matanya
yang jatuh secara tak sengaja itu.
“Berbahagialah hei Bonkura”, diusapnya batu nisan hitam itu
dengan tangan kanannya.
Kemudian ia pun berdiri. Dipakainya lagi kaca mata hitamnya.
Ia berbalik dan berjalan menuju mobil yang terparkir di tepi
jalan.
Tak berapa lama angin kencang tiba-tiba berhembus.
Amplop yang berisi surat tak terbaca itu pun tertiup angin.
Terbang ke atas bersama angin entah kemana.
Ruki menatapnya dengan senyum yang berkembang di wajahnya.
Seakan ia tahu bahwa Reita sudah membaca surat darinya dan mengatakan bahwa ia bahagia disana.
Seakan ia tahu bahwa Reita sudah membaca surat darinya dan mengatakan bahwa ia bahagia disana.
“Jaa sayonara”
OWARI
Bandung, 22.05 WIB
17.01.2013
Hwaaaahh~~~
Padahal niatnya bukan bikin sekuel dari fanficku yang sebelum ini
eeeh gara-gara dengerin Shiroki Yuutsu ama Sumire jadi terbawa suasana
Maaf ya pendeeeeekk banget
semoga bisa bermanfaat ketika dibaca *hallah*
KAZE HIKARI13
OWARI
Bandung, 22.05 WIB
17.01.2013
Hwaaaahh~~~
Padahal niatnya bukan bikin sekuel dari fanficku yang sebelum ini
eeeh gara-gara dengerin Shiroki Yuutsu ama Sumire jadi terbawa suasana
Maaf ya pendeeeeekk banget
semoga bisa bermanfaat ketika dibaca *hallah*
KAZE HIKARI13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar