Title : DRIPPING INSANITY
Character : Reita (main), the GazettE members
Rate : T
Diclaimers : Just this fanfic is mine, not the GazettE ^ ^"
ONE SHOT Fanfic
Aku hanya bisa terdiam disini, di dalam kamarku yang berukuran 5x4 meter. Gelap. Karena memang sengaja tak kunyalakan lampunya. Kutatap nanar foto itu, sebuah potret berukuran 10 R yang selalu menjadi penyemangatku selama 10 tahun lebih ini.
Terlihat 5 orang yang dikenal orang-orang di luar sana dengan nama the GazettE.
Ruki, sang vocalist berdiri di tengah-tengah kami dengan wajah yang terlihat sangat ceria, terlihat sangat kontras dengan foto-fotonya yang selalu menunjukkan wajah coolnya.
Lalu di sisi kanannya ada aku bersama Aoi, ekspresi wajah kami begitu ceria juga, seperti halnya Ruki, terlihat sangat lepas menghadap ke arah kamera. Kai, leader kami yang juga memegang peran sebagai drummer berada di sisi kiri Ruki, tawa lepasnya terlihat jelas dan tentu saja lesung pipinya tak ketinggalan terlihat disitu.
Dan yang paling kiri tentu saja Uruha, leader guitarist kami, sudah pasti ia tak pernah ketinggalan untuk selalu memasang senyum termanisnya. Di potret itu kami saling merangkul satu sama yang lain. Tawa yang begitu lepas, senyum yang sangat lebar. Foto itu diambil sudah hampir 10 tahun yang lalu, ketika kami belum menjadi apa-apa.
Aku sangat bersyukur menjadi bagian dari keluarga yang bernama the GazettE ini. Kerja keras kami terbayar sudah, semuanya tak ada yang sia-sia. Aku sangat bersyukur hidup di masa ini, bertemu mereka, aku sangat bahagia. Tak ada penyesalan sedikit pun ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang bassist ketika menginjak bangku SMP dan bertemu dengan Uruha di klub sepak bola pada saat itu.
Dan aku yakin ini adalah jalan yang telah ditulisakan oleh Kami-sama.
Kalian berempatlah semangatku setiap hari, karena bersama kalian aku bisa meraih mimpi yang dulu sepertinya tak mungkin menjadi kenyataan. Meskipun kita sudah terbilang sukses, tapi kita selalu merasa bahwa kita baru saja memulai mimpi ini. Karena mimpi tak akan ada habisnya. Kita berlima akan mewujudkan semua mimpi itu bukan ? bersama-sama.
Tapi sepertinya aku tak bisa memenuhi janji serta mimpi itu. Entah kapan ketika waktunya tiba, kalian akan membutuhkan bassist baru, penggantiku.
Kembali kudekati foto yang terpajang tepat di depan tempat tidurku itu.
Lalu kuambil amplop putih berukuran sedang dari dalam saku jaket kulit hitamku.
Ku baca tulisan pada secarik kertas putih berukuran folio di dalamnya. Kunyalakan lampu tidurku.
Nama : Suzuki Akira
Golongan Darah : A
Umur : 31 tahun
Setelah menjalani serangkain proses pemeriksaan medis, kami menemukan bahwa Anda positif mengidap kanker otak stadium 3.
Kujelajahi setiap huruf yang tertulis disitu. Tak ada yang berubah sejak 3 jam yang lalu ketika aku pergi ke Rumah Sakit X untuk mengetahui hasil test medis 3 hari yang lalu.
Pada awalnya aku seakan tak percaya dengan tulisan yang ada di kertas ini, bagaimana mungkin aku yang selalu merasa baik-baik saja bisa mengidap kanker otak.
Tak pernah sebelumnya ku rasakan tanda-tandanya. Hanya saja setiap selesai latihan atau pun selseai konser selalu kurasakan nyeri hebat di kepalaku ini, dan aku memang selalu berpikir ini normal, karena memang hal ini bisa semua orang rasakan.
Tetapi ternyata aku salah, inilah tanda-tandanya. Dan seperti perkataan Dokter Furuda yang memeriksaku tempo hari gejala penyakitku ini memang aneh, tak seperti penderita kanker otak yang lainnya. Keluargaku pun tak ada yang pernah menderita kanker otak sebelumnya.
Memang benar kita tak pernah mengetahui garis hidup ini karena ini semua sudah digariskan oleh Tuhan. hari ini kita bisa sehat tapi esok siapa yang tahu, kita bisa saja meninggal.
Dan inilah akhir dari jalan hidupku, sudah tak bisa disembuhkan. Lagi pula siapa yang bisa sembuh dari penyakit ini ?? Bukannya aku menyerah atau apa, tapi inilah adanya. Sedikit demi sedikit kondisiku akan menurun juga, dan jelas saja aku tak akan bisa bermain musik lagi bersama Ruki, Aoi, Uruha, dan Kai. Hanya tinggal menunggu sang Dewa Kematian mengambil nyawaku dari ragaku ini.
Aku rela jika aku tak bisa membuka mataku lagi besok pagi. Aku telah merasa cukup hidup selama ini, berbagi kebahagian dengan semua orang melalui lagu dan musik yang kami buat. Aku sudah cukup menjalani pahit dan manis dari perjalanan hidup.
Tapi....
Kuletakkan kembali kertas itu ke dalam amplopnya. Kutaruh sembarangan di atas meja.
Aku tak ingin terlalu memikirkannya, toh kita semua semua akan mati juga pada akhirnya, hanya tinggal menunngu waktu saja.
Kemudian kulangkahkan kakiku ke pojok kamar. Tersandar dengan anngun salah satu dari belasan belahan jiwaku, ESP RF-00. Jemariku menyentuhnya, kurasakan jiwaku ada di bass kyang berwarna hitam ini.
Apakah yang akan terjadi dengan mereka ketika aku sudah tak bernyawa lagi ?? Apakah hanya tergeletak tak berdaya di dalam kotaknya dan lama-kelamaan akan berdebu dan dilupakan.
Kutundukkan kepalaku dengan noseband yang masih terikat rapat di hidungku ini.
Ah iya, apakah ketika aku meninggal nanti noseband ini masih melekat di tempatnya ? Mengantarkanku ke tempat terakhir yang semua orang tuju ?? sudah hampir 11 tahun aku memakainya, dan tak pernah kulepaskan jika aku berada di depan umum dengan menggunakan nama REITA.
Setiap semua orang bertanya sampai kapan aku akan terus memakainya, aku selalu menjawab "Entahlah, hanya aku dan Tuhan yang tahu" karena memang aku tak pernah tahu sampai kapan aku akan memakainya.Bahkan ketika ajal akan menjemput pun aku tak pernah menemukan jawabannya.
Sepertinya ini memang sudah menjadi identitasku "Reita si Noseband"
Dan apakah mereka masih akan mengingatku dengan sebutan itu ketika aku sudah tak ada lagi ??
Begitu banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku.
Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur, ku lepaskan nosebandku ini, kupegang dengan erat. Kuangkat tanganku ke udara, kupejamkan kedua mataku.
Kudekap kembali kedua tanganku dengan noseband yang masih terpegang, kulekatkan kedua tanganku ke dada.
Dan ketika mataku terpejam, kulihat semua orang yang selalu mendukungku selama ini.
Ibuku, kakak perempuanku, teman-teman masa kecilku, semua orang yang kukenal, managerku, lalu mereka berempat.
Sangat jelas terlihat wajah mereka, mereka tersenyum lebar melihat ke arahku, terutama ibuku, dan mereka berempat.
Maafkan aku........maafkan aku.......maafkan aku.......
Aku....akan pergi...
Aku....harus pergi......meninggalkan kalian semua..
Mendahului kalian semua..
Aku tak bisa terus bersama kalian, mewujudkan kembali mimpi kita..
Aku.....akan sangat merindukan kalian..
Jangan pernah lupakan aku...
Jangan pernah...
Aku menyayangi kalian semua...
Dan detik berikutnya aku tak bisa menghentikan bulir-bulir air mata yang jatuh dengan bebas yang telah membanjiri kedua mataku..
2 bulan kemudian...
Aku berada di dalam ruangan yang semuanya berwarna putih dan biru muda.
Kucium bau yang kukenal dengan bau rumah sakit.
Yaaaahh, aku sekarang memang berada di sebuah kamar di salah satu rumah sakit besar di Tokyo.
Sudah 1 minggu aku harus menginap disini.
Aku jatuh pingsan setelah aku tak kuasa menahan rasa sakit yang luar biasa yang tiba-tiba menyerang kepalaku ketika aku mencoba memainkan GrassRootsku tanpa sepengetahuan yang lain, aku sangat merindukan memainkan bass.
Uruha, Kai, Aoi, Ruki, dan para staff the GazettE mengetahui tentang penyakitku sekitar 1 bulan yang lalu. Ketika aku juga pingsan setelah kami mengadakan konser di Saitama Super Arena, aku meraung menahan sakit kepala.
Mereka membawaku ke rumah sakit, dan saat itu juga mereka mengetahui bahwa aku mengidap kanker otak stadium 3.
Maafkan aku tak memberitahu kalian lebih awal, karena aku tak ingin membuat kalian khawatir dengan kondisiku.
Aku tak ingin membuat konser kita ini batal hanya karena aku.
Aku tak ingin membuat konser kita ini batal hanya karena aku.
Mereka mengatakan aku bodoh karena tak menceritakan yang sebenarnya.
"Kenapa kau tak mengatakannya dari dulu Bonkura.....???!!" Uruha tak bisa menahan amarahnya tapi juga air mata yang menetes.
"Kau menahannya selama ini, merasakan sakit ini sendirian, lalu apa gunanya kita sebagai keluarga selama ini ? Kau benar-benar egois, dari dulu kau memang egois !!" Uruha membuang mukanya.
"Rei...kita bisa melakukan pengobatan sejak awal untuk penyakitmu ini, kenapa Rei, kenapa ??" Ruki dengan nada lemah mengatakannya kepadaku sambil memegang tanganku.
"Aku tak ingin membuat kalian semua khawatir denganku, aku tak ingin membatalkan semua konser yang telah kita rencanakan sejak 1 tahun yang lalu hanya karena kondisiku ini, lagi pula aku juga baru mengetahuinya 2 bulan yang lalu. Maafkan aku...."
"Tapi kau sama saja memperparah keadaan. Setidaknya kau bisa berobat kan, meringankan penyakitmu ini sampai....." Kai tak bisa melanjutkan perkataannya.
"Sampai ajalku semakin dekat, begitu kan...." aku melanjutkan perkataan Kai.
Mereka semua terdiam.
"...................."
"Kalian tahu, seberapa pun aku mencoba menyembuhkannya, semuanya tak akan berhasil. Tetap saja aku akan mati, hanya menunggu waktu. Bukan hanya aku yang akan mati tapi kita kita semua.
Hanya saja...aku yang akan mendahului kalian...."
Dan semakin lama kondisiku memburuk. Mulai aku yang sulit untuk berjalan, hingga sekarang sebagian tubuhku telah mati rasa. Kaki beserta kedua tanganku mati rasa, semuanya sangat sulit untuk digerakkan. Bahkan pendengaran dan penglihatanku semakin berkurang.
Semuanya berkumpul mengelilingiku. Ibuku, kakak perempuanku, Aoi, Uruha, Ruki, dan Kai.
Tubuhku semakin tak berdaya, kulihat kanan kiriku semuanya tabung-tabung yang menunjang hidupku selama disini. Selang-selang panjang yang menghubungkan oksigen ke hidungku, serta cairan yang terhubung di tangan kiriku.
Kulihat wajah mereka semua muram, dan sendu.
"Hei.......kalian....tersenyumlah..."ucapku lirih kepada mereka semua.
"Bodoh !! Mana mungkin kami bisa tersenyum di tengah kondisimu yang seperti ini ! "Uruha, sahabatku sejak SMP untuk yang kedua kalinya memarahiku selama aku disini.
Aku lihat matanya telah sembab oleh air mata. Bukan hanya dia, tapi semuanya, terutama ibuku.
"Paling tidak, berikan aku senyuman tertulus dari kalian sebelum aku pergi..."
"....."
Tak ada yang menjawab. Mereka terlalu larut dalam kesedihan.
Itulah mengapa aku sangat membenci keadaan seperti ini. Kenapa aku tak langsung mati saja.
Aku tak kuasa melihat wajah sedih mereka, aku ingin kematian yang tiba-tiba. Sehingga aku tak melihat keadaan yang membuatku sangat berat untuk meninggalkan mereka.
"Ibu...."
"Iya Akira, ibu disini..."
Terlihat dengan sedikit buram ibuku mendekat kepadaku. Dan kini telah duduk di samping kananku.
"Aku...hanya ingin berterima kasih dan meminta maaf kepadamu ibu.."
"Terima kasih telah melahirkanku dan membesarkanku sampai sekarang. Mengajarkanku semuanya dari kecil. Aku memang tak bisa membalas semua yang telah engkau berikan kepadaku.
Tapi, selama ini aku selalu mencoba untuk selalu membahagiakanmu semampuku. Terima kasih..."
Tapi, selama ini aku selalu mencoba untuk selalu membahagiakanmu semampuku. Terima kasih..."
Kupegang kedua telapak tangan perempuan yang berumur setengah abad lebih itu.
Wajahnya yang mulai terdapat keriput itu pun hanya bisa mengangguk pelan sambil mengusap air matanya. Tangan kirinya mengusap pelan ujung kepalaku.
Rasanya nyaman sekali....
Kakak perempuanku tak kuasa menahannya, ia keluar dari ruangan ini. Kudengar dengan sayup-sayup isakannya tangisnya yang semakin tak terdengar seiring ia berjalan keluar.
"Dan......"
"Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hidupku jika aku tak bertemu dengan kalian. Aku melakukan hal-hal yang hebat dengan kalian berempat."
"Rei, jangan kau teruskan..." Ruki berkata dengan air mata yang dengan mulus meluncur ke ujung wajahnya.
"Tak apa...aku hanya ingin mengatakan ini untuk yang terakhir kalinya..."
Kulihat Aoi memegang bahu Uruha dan Ruki. Dan Kai yang tak lagi melihat ke mataku.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian, karena bersama kalian aku bisa mewujudkan semua impianku.."
"Aku sangat bahagia menjadi bagian dari the GazettE, aku tak pernah menyesal menjalankan sebagian kehidupanku bersama kalian. Aku benar-benar sangat bersyukur..."
Air mata mereka tak bisa terbendung lagi, isakan yang semakin keras masih bisa kutangkap melalui telingaku yang sekarang semakin kehilangan dayanya ini.
"Tersenyumlah untukku kawan, atau aku tak akan tenang di sana nanti"
Mereka tersenyum dengan sangat terpaksa.
Kugerakkan kedua tanganku menandakan agar tangan mereka semua berkumpul di dadaku.
"Kalian adalah segalanya, the GazettE adalah segalanya.....lagu....ser..ta musik...kita adalah se..galanya untuk..ku " aku mulai terbata untuk berbicara.
Kumohon Tuhan jangan sekarang, berikan aku beberapa menit lagi untuk berbicara.
"Dan...ma..afkan a..ku, kare..na a..ku akan mendahu..lui kalian. Teruslah..berkar..ya, kare...na dengan begitu a..ku a..kan selalu hi..dup di da..lam hati dan musik kalian...."
Suaraku semakin melemah, aku sudah tak kuasa lagi menahannya, kepalaku sakit sekali.
"Berjanjilah kepada..ku bahwa kalian akan selalu membuat the GazettE sela..lu ada, buatlah..lagu yang..melambangkan ka..lian, sampaikan..musik ki..ta kepada semua orang...."
Aku tak ingin air mataku jatuh, aku tak ingin.
Aku merasakan waktuku hampir habis, kepalaku seeperti mau pecah. Tapi aku menahannya, aku tak ingin membuat mereka lebih sedih lagi.
Aku hanya ingin membuat bahagia karenaku.
"Aku......"
"Aku............."
"A....ku.....per....gi............."
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt.............................................
OWARI
Bandung, 08-12-2012
00.41 WIB
Inspired song : DRIPPING INSANITY, UNTITLED - the GazettE
Akhirnya~~~~ bisa ngepost juga *tersenyum paling lega*
Sebenernya fic.nya lebih pendek dari ini, tapi pas ngetik ini tadi aku tambahin aja *hihihihi*
Dan selalu saja suka banget nulis yang sedih-sedih
karena aku ingin menonjolkan sisi paling emosional dari mereka
Bikinnya udah lama, hampir 1 bulan yang lalu.
tapi karena males ngetik jadinya baru sekarang di post.
Terinspirasi pas tengah malem dengerin DRIPPING INSANITY
makanya judulnya itu, dan maaf ya gak nyambung ama judul *senyum kuda*
Dan emang lagi suka bikin one shot,
soalnya terkesan gimana gitu
Dan pada akhirnya bias saya si REITA yang jadi main character
Alhamdulillah kesampaian bikin fic tentang kamu Mas Rei *hahahahaha*
Maaf ya kamu aku matiin (?)
Baiklah, terima kasih untuk yang udah baca
dan kalau berkenan tolong tingglkan komentar ya~~
Jaa~~
^o^)/~~~~
^o^)/~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar