Language : Bahasa Indonesia
Character : the GazettE, OC
Genre :Tragedy / Friendship / Hurt
Rate : M
Disclaimer : Mereka (the GazettE) bukan milik saya, tapi fic ini baru punya saya
Fic pertama (benar-benar pertama nuangin fic dalam bentuk tulisan dan di publish) sebenarnya udah dari kapan taun pengen bikin fic, udah ada ide tapi males nulisnya (hehehehe) daripada disimpen sendiri di kepala saya lebih baik saya tuangkan
Banyak pengeditan yang dilakukan, karena banyak scene yang saya tulis secara spontan, dan waktu di baca ulang jadi aneh :D
maaf bila mengecewakan, soalnya baru pertama :D
OOC
****************************VIE13******************************
“Seandainya
aku bisa memilih, aku akan memilih kita tak usah menjadi terkenal. Karena
dengan begitu aku masih bisa bersama teman-temanku.”
the
GazettE, nama yang sangat familiar bagi penggemar Visual-Kei diseluruh dunia,
terutama di Jepang, siapa yang tidak mengenal mereka ? band aliran Visual-Kei
yang bisa dibilang paling terkenal. Sudah 10 tahun lebih sejak awal 2002 mereka
membentuk band yang pada awalnya bernama Gazette itu. Dengan sudah pernah
berganti personil pada drummer, Ruki sang vocalist, Reita bass, serta Uruha
lead guitar telah berjanji untuk menjadikan Gazette (pada saat itu) menjadi
band terakhir mereka. Namun, tidak ada yang menyangka, dibalik semua kekompakan
mereka ketika berada di atas panggung, di depan kamera, dan di depan semua
orang itu hanyalah sebuah topeng dari keadaan mereka yang sebenarnya. konflik-konflik
internal antar sesama member pun semakin sering terjadi. entah itu masalah dalam
bermusik, kebiasaan mereka atau pun masalah pribadi antar member. Prinsip awal
dalam bermusik pun entah hilang kemana sekarang. Konflik kecil pun bisa
bertambah besar.
Hal
ini hanya mereka berlima yang mengetahui, mereka tak ingin ada pihak lain yang
tahu, bahkan manager mereka sekalipun. Kai, Ruki, Reita, Uruha, dan Aoi telah
sepakat untuk menutupinya karena mereka tak ingin mengecewakan para Sixth Guns
dan orang-orang sekitar mereka. Sebisa mungkin mereka menutupinya. Tapi semakin
hari dirasa keadaan semakin memburuk. Sepertinya sudah tak ada lagi kecocokan
dalam bermusik diantara mereka berlima. Kai sebagai leader pun sepertinya sudah
hampir menyerah dalam menghadapi masalah ini. Beberapa bulan terakhir ini
memang suasana semakin memanas, di mulai dari seringnya percekcokan antar
member, saling sindir, serta absennya member dalam latihan di studio, mereka juga
jarang sekali terlihat berlima sekarang. Selalu saja tak pernah komplit. Dan
ketika berada di dalam studio pun mereka hanya saling diam.
“Sepertinya
the GazettE akan segera berakhir” Uruha yang dari tadi hanya duduk sambil
memandang gitarnya pun angkat bicara, mengatakan hal memang pernah mereka bahas
sekitar 1 bulan yang lalu di tengah pembicaraannya bersama Kai dan Reita pada
saat itu.
Flash back
Ruangan
5X6 meter itu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang dengan setia melaksanakan
tugasnya didinding berwarna krem itu. Sudah 10 menit, 3 pria yang diketahui
bernama Reita, Kai, dan Uruha itu diam setelah Uruha marah-marah karena
absennya Ruki, dan Aoi ditengah jadwal latihan mereka hari itu. Sudah ke-4
kalinya dalam sebulan ini mereka absen latihan dan tanpa keterangan yang jelas.
Padahal sudah berkali-kali Kai sang leader memberitahu mereka berdua.
“Aku
sudah hampir menyerah..” Kai berbicara
“Kai…”
Reita menanggapi
“Mungkin
kau memang sudah lelah Kai, tak apa itu wajar. Tapi, kita masih bisa berusaha
kan demi band ini dan demi orang-orang yang mendukung kita ^ ^” …”Reita
melanjutkan
“Um..Reita, aku akan selalu berusaha. Pasti kita tak akan seterusnya seperti ini…” Kai menjawab perkataan Reita dengan hati yang lebih lega.
“Tapi… apa kalian tak merasakannya, sepertinya Ruki dan Aoi semakin menjauh “ Uruha pun bicara setelah ia marah-marah tadi
“….Padahal dulu aku, Ruki, dan kau Rei, kita telah berjanji bukan untuk menjadikan band ini band terakhir kita. Aku… aku hanya takut kalo kita akan berakhir…” Uruha berkata dengan wajah datar tapi jelas sekali tersirat kekhawatiran di wajahnya yang cantik itu.
“Dan apakah kalian juga tidak merasakannya, Aoi beberapa bulan ini terlihat enggan dengan semua kegiatan kita “Uruha melanjutkan
“Aku tahu Uruha, aku juga merasakannya. Ia berubah…” Kai menanggapi ucapan Uruha, dengan anggukan lemah Reita.
“Aku merasa akan ada perpecahan diantara kita, aku bisa merasakannya…” ujar Reita
“Semoga itu tak akan pernah terjadi…”
“Semoga…” ucap Kai dan Uruha bersamaan dengan kepala menunduk ke bawah.
End of flash
back
“Apa
maksudmu ?? kau benar-benar menginginkan kita bubar sekarang, haaaa ?? “ jawab
Ruki dengan nada tinggi.
“Aku tak pernah menginginkannya sama sekali, tapi lihatlah sekarang, keadaan telah memburuk. Tak ada lagi jalan tengah diantara kita” lanjut Uruha dengan tetap duduk di sofa dekat pintu.
“Apakah kau tak bisa merasakannya Ruki ? kita hampir berakhir. Aku masih sakit hati sekali pada kalian. Aku sudah susah payah menyumbangkan ide untuk lagu-lagu baru kita, tapi kalian tak pernah menerima. Sudah terlalu sering aku mengalah pada kalian, dari dulu aku hanya bisa pasrah tapi sekarang maaf saja, aku sudah tidak kuat disini. Dan sepertinya aku memang sudah tak diharapkan disini. “ Aoi pun berkata dengan nada sinis kepada Ruki.
“Jadi..itukah alasanmu menjauh dari kami Aoi, kau menginginkan keluar..” Kai berkata dengan nada terkejut. Begitu pun dengan ke 2 temannya.
“Daripada ada yang keluar, lebih baik kita bubarkan saja band ini. Tak akan ada lagi nama the GazettE di jajaran band Jepang. Lagi pula ini juga sudah terlihat dari jarangnya kita bicara dan latihan seperti ini. Dan kau tau satu persatu dari kita akan tumbang karena keegoisan kita masing-masing. Tak ada yang mau mengalah dan mendengarkan pendapat yang lain, merasa paling hebat dan yang paling diagungkan “ Uruha berkata sambil melihat ke arah Ruki.
“Apa maksudmu kau berkata seperti itu sambil memandangku Uruha ?? apa kau tidak terima kalau aku yang memiliki fans paling banyak dan aku yang paling menonjol ?? kau iri kan ?? “Ruki berkata tak kalah sinisnya.
“Kau…ternyata aku telah salah mempercayaimu menjadi vocalist, pikiranmu picik sekali Ruki. Sudah berapa lama kita bersama jika pikiranmu sejelek itu padaku, kita sudah bersama semenjak kita pertama kali membentuk band dan sampai sekarang. Jika aku memang iri, dari dulu aku akan mengatakan ini semua, bahkan aku menginginkan kau keluar dari the GazettE ” Uruha menjawab dengan wajah yang menahan amarah.
Ruki hanya mengeram sambil melihat ke arah kedua mata Uruha, ia masih
tak menyangka kalau the GazettE akan mereka bubarkan.
Kai
sang leader yang dari tadi duduk di kursi pojok hanya bisa memandang kosong ke
arah mereka. Ia sudah menyerah menghadapi pertengkaran demi pertengkaran setiap
hari. Drummer ini pun hanya bisa menahan sesak setiap kali pertengkaran terjadi
diantara mereka. Tak bisakah mereka mengingat kembali awal-awal terbentuknya
band yang telah melambungkan nama mereka seperti sekarang ?? 10 tahun itu
tidaklah singkat, apalagi dengan segala usaha mereka semua untuk menjadikan the
GazettE dikenal di seluruh dunia seperti sekarang. Jerih payah dan segala
keringat, tawa, tangis, amarah, serta kekecewaan apa belum cukup membayarnya ??
Bahkan
apa mereka sudah melupakan ikatan yang telah terjadi diantara mereka berlima
selama ini ? bukan ikatan teman lagi, melainkan telah menjadi ikatan persaudaraan.
Akankah
usaha mereka selama 10 tahun ini akan hancur juga pada akhirnya ?? benar-benar disband ??
Setiap
hari Kai hanya memikirkan itu. Jika benar the GazettE akan disband itu adalah
salahnya sebagai leader, paling tidak itu yang selalu dipikirkan oleh Kai. Kai
merasa ia telah gagal menjadi leader bagi band yang telah melambungkan namanya
itu, karena ia tak bisa menghentikan pertengkaran serta perselisihan diantara
mereka. Mungkin pada awalnya ia bisa melerai mereka, menjadi penengah diantara
mereka semua. Tapi itu tak bertahan lama. Apakah takdir menggariskan seperti
ini ??
Kediaman
kembali terjadi diantara mereka berempat di dalam studio itu. Uruha dan Aoi
seakan menyalahkan sang vocalist Ruki atas semua ini.
Seandainya
Ruki tak menjadi sombong seperti ini, mungkin mereka tak harus bertengkar setiap harinya. Ruki memang telah
berubah, ia tak seperti Ruki yang dulu. Sekarang apa-apa ia yang memutuskan,
tidak dengan berunding dulu dengan member-member yang lain. Seakan ialah
leadernya bukan Kai lagi. Dan seenaknya ia absen dari latihan, padahal ia adalah seorang vocalist.
Aoi
pun menjadi salah satu member yang paling sering dibuat sakit hati oleh tingkah
laku Ruki. Semua ide untuk lagu baru pun diabaikan olehnya. Ia sudah terlalu
sering mengalah dan menahan sakit hati selama ini. Pria paling tua di band itu
sudah terlalu lelah untuk bersabar.
Mungkin
inilah saatnya ia untuk mengundurka diri, hal ini sudah dipikirkannya
matang-matang sejak hampir 1 tahun yang lalu. Ia telah memutuskannya. Ia akan
keluar, dan saat ia ingin bicara mengenai keputusannya...
BRAAAAKK
Tiba-tiba
pintu dibanting dari luar.
Semua
mata memandang kearah pintu. Terlihat pria bernoseband membanting pintu dengan
keras. Ia telah mendengarkan semua perbincangan panas mereka dari balik pintu.
Ia sudah tak tahan dengan semua ini. Reita, begitu namanya, ia mulai melangkah
menuju tempat dimana bass ESP RF-00SL #1 BLK.nya bersandar di tempatnya bersama
bass-bassnya yang lain tanpa melihat ke sekelilingnya. Diambilnya bass berwarna
dominan hitam itu. Lalu, tanpa disangka..
BRUAAAKK
Reita
membanting salah satu bass kesayangannya itu. Tak ada yang menyangka, inilah
wujud kekesalan pria 31 tahun itu terhadap keadaan mereka saat ini.
“Rei,,,
apa yang kau lakukan ?! “ ujar Kai yang sedari tadi diam terkejut dengan apa
yang Reita lakukan barusan.
“Apa yang aku lakukan ?? bukan apa yang aku lakukan, tapi APA YANG KALIAN LAKUKAN ??!!! “ teriak Reita sambil menjelajahkan pandangannya kearah keempat temannya.
“Aku sangat kecewa dengan kalian semua. Kemana teman-temanku yang dulu ? kemana kekompakan kita ? apakah itu semua telah hilang seiring kesuksesan yang kita raih sekarang ini. Sehingga mereka yang dulu telah hilang dan telah berganti dengan orang-orang yang sombong yang tak ku kenal ?? Atau mungkin keadaan yang salah, telah menjadikan the GazettE dikenal semua orang dan menghilangkan semua teman-temanku“ Reita menunduk lesu.
Semua
terdiam masih tak percaya dengan insiden Reita membanting bassnya tadi. Reita
tak pernah sekali pun membanting bass kesayangannya itu, karena itu merupakan
sebagian jiwanya. Dan sekarang ditambah Reita yang mulai berbicara, padahal
sebelumnya ia tak pernah mengatakan apa-apa ketika mereka bertengkar. Sepertinya inilah batas kediaman
Reita selama ini. Ruki, Uruha, dan Aoi hanya bisa terdiam.
“Seandainya
aku bisa memilih, aku akan memilih kita tak usah menjadi terkenal. Karena
dengan begitu aku masih bisa bersama teman-temanku.” Reita berkata lirih
==TBC==
untuk bagian Aoi memang disesuain sama pernyataan Aoi beberapa waktu yang lalu yang katanya ia ada keinginan untuk keluar karena alesan dulu ide-idenya buat lagu tidak ditanggapi sama member the GazettE yang lain. Terus untuk insiden Reita membanting bassnya, tiba-tiba saja kepikiran (semoga Reita tidak membanting bassnya beneran) dan aslinya Reita keras kepala, tapi disini saya bikin dikit pendiem (hahahaha).
Baiklah sampai jumpa di chapter berikutnya ^o^)//
kalau bisa direview ^ ^"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar