Rabu, 14 November 2012

WE BORN TOGETHER, WE RISE TOGETHER



Language          : Bahasa Indonesia
Character          : the GazettE, OC
Genre                :Tragedy / Friendship / Hurt
Rate                  : M
Disclaimer         : Mereka (the GazettE) bukan milik saya, tapi fic ini baru punya saya

Fic pertama (benar-benar pertama nuangin fic dalam bentuk tulisan dan di publish) sebenarnya udah dari kapan taun pengen bikin fic, udah ada ide tapi males nulisnya (hehehehe) daripada disimpen sendiri di kepala saya lebih baik saya tuangkan 
Banyak pengeditan yang dilakukan, karena banyak scene yang saya tulis secara spontan, dan waktu di baca ulang jadi aneh :D
maaf bila mengecewakan, soalnya baru pertama :D
OOC 

****************************VIE13******************************

“Seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih kita tak usah menjadi terkenal. Karena dengan begitu aku masih bisa bersama teman-temanku.”


the GazettE, nama yang sangat familiar bagi penggemar Visual-Kei diseluruh dunia, terutama di Jepang, siapa yang tidak mengenal mereka ? band aliran Visual-Kei yang bisa dibilang paling terkenal. Sudah 10 tahun lebih sejak awal 2002 mereka membentuk band yang pada awalnya bernama Gazette itu. Dengan sudah pernah berganti personil pada drummer, Ruki sang vocalist, Reita bass, serta Uruha lead guitar telah berjanji untuk menjadikan Gazette (pada saat itu) menjadi band terakhir mereka. Namun, tidak ada yang menyangka, dibalik semua kekompakan mereka ketika berada di atas panggung, di depan kamera, dan di depan semua orang itu hanyalah sebuah topeng dari keadaan mereka yang sebenarnya. konflik-konflik internal antar sesama member pun semakin sering terjadi. entah itu masalah dalam bermusik, kebiasaan mereka atau pun masalah pribadi antar member. Prinsip awal dalam bermusik pun entah hilang kemana sekarang. Konflik kecil pun bisa bertambah besar.
Hal ini hanya mereka berlima yang mengetahui, mereka tak ingin ada pihak lain yang tahu, bahkan manager mereka sekalipun. Kai, Ruki, Reita, Uruha, dan Aoi telah sepakat untuk menutupinya karena mereka tak ingin mengecewakan para Sixth Guns dan orang-orang sekitar mereka. Sebisa mungkin mereka menutupinya. Tapi semakin hari dirasa keadaan semakin memburuk. Sepertinya sudah tak ada lagi kecocokan dalam bermusik diantara mereka berlima. Kai sebagai leader pun sepertinya sudah hampir menyerah dalam menghadapi masalah ini. Beberapa bulan terakhir ini memang suasana semakin memanas, di mulai dari seringnya percekcokan antar member, saling sindir, serta absennya member dalam latihan di studio, mereka juga jarang sekali terlihat berlima sekarang. Selalu saja tak pernah komplit. Dan ketika berada di dalam studio pun mereka hanya saling diam.

“Sepertinya the GazettE akan segera berakhir” Uruha yang dari tadi hanya duduk sambil memandang gitarnya pun angkat bicara, mengatakan hal memang pernah mereka bahas sekitar 1 bulan yang lalu di tengah pembicaraannya bersama Kai dan Reita pada saat itu.


Flash back

Ruangan 5X6 meter itu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang dengan setia melaksanakan tugasnya didinding berwarna krem itu. Sudah 10 menit, 3 pria yang diketahui bernama Reita, Kai, dan Uruha itu diam setelah Uruha marah-marah karena absennya Ruki, dan Aoi ditengah jadwal latihan mereka hari itu. Sudah ke-4 kalinya dalam sebulan ini mereka absen latihan dan tanpa keterangan yang jelas. Padahal sudah berkali-kali Kai sang leader memberitahu mereka berdua. 

“Aku sudah hampir menyerah..” Kai berbicara
“Kai…” Reita menanggapi 
“Mungkin kau memang sudah lelah Kai, tak apa itu wajar. Tapi, kita masih bisa berusaha kan demi band ini dan demi orang-orang yang mendukung kita ^ ^” …”Reita melanjutkan

“Um..Reita, aku akan selalu berusaha. Pasti kita tak akan seterusnya seperti ini…” Kai menjawab perkataan Reita dengan hati yang lebih lega.

“Tapi… apa kalian tak merasakannya, sepertinya Ruki dan Aoi semakin menjauh “ Uruha pun bicara setelah ia marah-marah tadi

“….Padahal dulu aku, Ruki, dan kau Rei, kita telah berjanji bukan untuk menjadikan band ini band terakhir kita. Aku… aku hanya takut kalo kita akan berakhir…” Uruha berkata dengan wajah datar tapi jelas sekali tersirat kekhawatiran di wajahnya yang cantik itu.

“Dan apakah kalian juga tidak merasakannya, Aoi beberapa bulan ini terlihat enggan dengan semua kegiatan kita “Uruha melanjutkan

“Aku tahu Uruha, aku juga merasakannya. Ia berubah…” Kai menanggapi ucapan Uruha, dengan anggukan lemah Reita.

“Aku merasa akan ada perpecahan diantara kita, aku bisa merasakannya…” ujar Reita

“Semoga itu tak akan pernah terjadi…”

“Semoga…” ucap Kai dan Uruha bersamaan dengan kepala menunduk ke bawah.

End of flash back


“Apa maksudmu ?? kau benar-benar menginginkan kita bubar sekarang, haaaa ?? “ jawab Ruki dengan nada tinggi.

“Aku tak pernah menginginkannya sama sekali, tapi lihatlah sekarang, keadaan telah memburuk. Tak ada lagi jalan tengah diantara kita” lanjut Uruha dengan tetap duduk di sofa dekat pintu.

“Apakah kau tak bisa merasakannya Ruki ? kita hampir berakhir. Aku masih sakit hati sekali pada kalian. Aku sudah susah payah menyumbangkan ide untuk lagu-lagu baru kita, tapi kalian tak pernah menerima. Sudah terlalu sering aku mengalah pada kalian, dari dulu aku hanya bisa pasrah tapi sekarang maaf saja, aku sudah tidak kuat disini. Dan sepertinya aku memang sudah tak diharapkan disini. “ Aoi pun berkata dengan nada sinis kepada Ruki.

“Jadi..itukah alasanmu menjauh dari kami Aoi, kau menginginkan keluar..” Kai berkata dengan nada terkejut. Begitu pun dengan ke 2 temannya.

“Daripada ada yang keluar, lebih baik kita bubarkan saja band ini. Tak akan ada lagi nama the GazettE di jajaran band Jepang. Lagi pula ini juga sudah terlihat dari jarangnya kita bicara dan latihan seperti ini. Dan kau tau satu persatu dari kita akan tumbang karena keegoisan kita masing-masing. Tak ada yang mau mengalah dan mendengarkan pendapat yang lain, merasa paling hebat dan yang paling diagungkan “ Uruha berkata sambil melihat ke arah Ruki.

“Apa maksudmu kau berkata seperti itu sambil memandangku Uruha ?? apa kau tidak terima kalau aku yang memiliki fans paling banyak dan aku yang paling menonjol ?? kau iri kan ?? “Ruki berkata tak kalah sinisnya.

“Kau…ternyata aku telah salah mempercayaimu menjadi vocalist, pikiranmu picik sekali Ruki. Sudah berapa lama kita bersama jika pikiranmu sejelek itu padaku, kita sudah bersama semenjak kita pertama kali membentuk band dan sampai sekarang. Jika aku memang iri, dari dulu aku akan mengatakan ini semua, bahkan aku menginginkan kau keluar dari the GazettE ” Uruha menjawab dengan wajah yang menahan amarah.

Ruki hanya mengeram sambil melihat ke arah kedua mata Uruha, ia masih tak menyangka kalau the GazettE akan mereka bubarkan.
Kai sang leader yang dari tadi duduk di kursi pojok hanya bisa memandang kosong ke arah mereka. Ia sudah menyerah menghadapi pertengkaran demi pertengkaran setiap hari. Drummer ini pun hanya bisa menahan sesak setiap kali pertengkaran terjadi diantara mereka. Tak bisakah mereka mengingat kembali awal-awal terbentuknya band yang telah melambungkan nama mereka seperti sekarang ?? 10 tahun itu tidaklah singkat, apalagi dengan segala usaha mereka semua untuk menjadikan the GazettE dikenal di seluruh dunia seperti sekarang. Jerih payah dan segala keringat, tawa, tangis, amarah, serta kekecewaan apa belum cukup membayarnya ??
Bahkan apa mereka sudah melupakan ikatan yang telah terjadi diantara mereka berlima selama ini ? bukan ikatan teman lagi, melainkan telah menjadi ikatan persaudaraan.

Akankah usaha mereka selama 10 tahun ini akan hancur juga pada akhirnya ?? benar-benar disband ??

Setiap hari Kai hanya memikirkan itu. Jika benar the GazettE akan disband itu adalah salahnya sebagai leader, paling tidak itu yang selalu dipikirkan oleh Kai. Kai merasa ia telah gagal menjadi leader bagi band yang telah melambungkan namanya itu, karena ia tak bisa menghentikan pertengkaran serta perselisihan diantara mereka. Mungkin pada awalnya ia bisa melerai mereka, menjadi penengah diantara mereka semua. Tapi itu tak bertahan lama. Apakah takdir menggariskan seperti ini ??
Kediaman kembali terjadi diantara mereka berempat di dalam studio itu. Uruha dan Aoi seakan menyalahkan sang vocalist Ruki atas semua ini.
Seandainya Ruki tak menjadi sombong seperti ini, mungkin mereka tak harus  bertengkar setiap harinya. Ruki memang telah berubah, ia tak seperti Ruki yang dulu. Sekarang apa-apa ia yang memutuskan, tidak dengan berunding dulu dengan member-member yang lain. Seakan ialah leadernya bukan Kai lagi. Dan seenaknya ia absen dari latihan, padahal ia adalah seorang vocalist.

Aoi pun menjadi salah satu member yang paling sering dibuat sakit hati oleh tingkah laku Ruki. Semua ide untuk lagu baru pun diabaikan olehnya. Ia sudah terlalu sering mengalah dan menahan sakit hati selama ini. Pria paling tua di band itu sudah terlalu lelah untuk bersabar.
Mungkin inilah saatnya ia untuk mengundurka diri, hal ini sudah dipikirkannya matang-matang sejak hampir 1 tahun yang lalu. Ia telah memutuskannya. Ia akan keluar, dan saat ia ingin bicara mengenai keputusannya...

 BRAAAAKK

Tiba-tiba pintu dibanting dari luar.
Semua mata memandang kearah pintu. Terlihat pria bernoseband membanting pintu dengan keras. Ia telah mendengarkan semua perbincangan panas mereka dari balik pintu. Ia sudah tak tahan dengan semua ini. Reita, begitu namanya, ia mulai melangkah menuju tempat dimana bass ESP RF-00SL #1 BLK.nya bersandar di tempatnya bersama bass-bassnya yang lain tanpa melihat ke sekelilingnya. Diambilnya bass berwarna dominan hitam itu. Lalu, tanpa disangka..

BRUAAAKK

Reita membanting salah satu bass kesayangannya itu. Tak ada yang menyangka, inilah wujud kekesalan pria 31 tahun itu terhadap keadaan mereka saat ini. 

“Rei,,, apa yang kau lakukan ?! “ ujar Kai yang sedari tadi diam terkejut dengan apa yang Reita lakukan barusan.

“Apa yang aku lakukan ?? bukan apa yang aku lakukan, tapi APA YANG KALIAN LAKUKAN ??!!! “ teriak Reita sambil menjelajahkan pandangannya kearah keempat temannya.

“Aku sangat kecewa dengan kalian semua. Kemana teman-temanku yang dulu ? kemana kekompakan kita ? apakah itu semua telah hilang seiring kesuksesan yang kita raih sekarang ini. Sehingga mereka yang dulu telah hilang dan telah berganti dengan orang-orang yang sombong yang tak ku kenal ?? Atau mungkin keadaan yang salah, telah menjadikan the GazettE dikenal semua orang dan menghilangkan semua teman-temanku“ Reita menunduk lesu.

Semua terdiam masih tak percaya dengan insiden Reita membanting bassnya tadi. Reita tak pernah sekali pun membanting bass kesayangannya itu, karena itu merupakan sebagian jiwanya. Dan sekarang ditambah Reita yang mulai berbicara, padahal sebelumnya ia tak pernah mengatakan apa-apa ketika mereka  bertengkar. Sepertinya inilah batas kediaman Reita selama ini. Ruki, Uruha, dan Aoi hanya bisa terdiam.

“Seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih kita tak usah menjadi terkenal. Karena dengan begitu aku masih bisa bersama teman-temanku.” Reita berkata lirih

==TBC==


untuk bagian Aoi memang disesuain sama pernyataan Aoi beberapa waktu yang lalu yang katanya ia ada keinginan untuk keluar karena alesan dulu ide-idenya buat lagu tidak ditanggapi sama member the GazettE yang lain. Terus untuk insiden Reita membanting bassnya, tiba-tiba saja kepikiran (semoga Reita tidak membanting bassnya beneran) dan aslinya Reita keras kepala, tapi disini saya bikin dikit pendiem (hahahaha). 
Baiklah sampai jumpa di chapter berikutnya ^o^)//
kalau bisa direview ^ ^"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About