Kamis, 15 Agustus 2013

[Fanfic] FLAME

Chapter 5 “THE SECRET”

Title                             : FLAME

Chapter                       : 5/?

Author                         : Lycoris

Fandom              : THE GAZETTE, Alice Nine, D=OUT, BORN, SuG, SCREW, ViViD, Vistlip, Matenrou Opera, Royz

Cast                             : banyak, ngetiknya lama jadi baca sendiri aja *oii

Rate                             : T

Genre                           : Supernatural, Friendship, School life (author rubah genrenya)

Warning                       : Typo(s) bertebaran, semakin abal, dan membuat mata mengantuk



“Panggil Matsumoto Takanori !”

-----------------

“Kau akan memilih apa Ru ? jajaran Senior atau kelas spesial ?” Hiroto membuyarkan lamunan Ruki.
Seketika Ruki yang sedang melanglangkan pikirannya sendiri itu terbangun.
“Eh ? apa apa apa ?”celinguknya seketika. Ketiga temannya hanya mendengus kesal.
“Kau ini kenapa, dari tadi pagi melamun, di kantin pun kau juga melamun, dan sekarang kau juga melamun Ru.” Hikaru menoleh menatap Ruki.
“Ah, tidak. Tidak ada apa-apa” Ruki menatap gantian ketiga sahabatnya.
“Memang kami percaya ?!” kini Takeru bersikap serius.
“Kami tidak akan semudah itu percaya padamu Tuan Matsumoto...” Hiroto mengiyakan perkataan Takeru.
Hikaru dan Takeru mengangguk pelan, “Kita tak mudah untuk percaya untuk hal ini”
Ruki yang sebenarnya merasa aneh dan ada apa-apa itu tak mungkin cerita kepada ketiga sahabatnya ini. Karena ia sendiri pun bingung bagaimana mengatakannya. Lalu buru-buru ia memasang ekspresi yang mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
“Kan sudah kubilang bahwa aku baik-baik saja. Kalian ini dari dulu selalu saja cerewet.” Ruki mengusap kepala Takeru, Hikaru, dan Hiroto bergantian dan tidak lupa senyum khasnya ia sematkan.
Dan kalau sudah begitu ketiga sahabatnya ini pasti diam. Meskipun sebenarnya pertanyaan mereka tadi belum mendapat jawaban yang memuaskan.

Suasana kembali normal, Ruki berusaha membuang jauh-jauh perasaan anehnya itu. Mereka kembali membicarakan hal-hal umum yang telah terjadi hari itu.
Kini senda gurau mereka berempat ikut memeriahkan suasana kelas yang memang belum ada guru yang masuk.
Tapi tiba-tiba di tengah keberisikan kelas sementara itu, pintu kelas tiba-tiba terbuka. Tentu saja semua mata langsung tertuju ke arah pintu. Pasang demi pasang mata mulai mulai menatap ke arah pintu, mereka terdiam bahkan sekarang semuanya ikut terdiam. Semua kegiatan mereka hentikan, termasuk Ruki, Takeru, Hikaru dan Hiroto.

Hening...

Tap tap tap

Hanya suara langkah kaki yang terdengar memasuki ruangan itu.
Setidaknya ada 3 pemuda yang kini berjalan depan kelas.  Seorang di depan dan 2 orang lagi disampingnya agak dibelakang.
“Matsumoto Tananori...” panggil seorang pemuda yang berdiri paling depan yang dikenal dengan nama Reika itu. Ekspresinya datar tak bisa dikatakan dingin tapi juga tak bisa dikatakan ramah, pandangannya lurus ke depan. Tak menghiraukan beberapa bisik-bisik siswa perempuan yang jelas saja bisa ia dengar itu.
Sang empunya nama kini hanya bisa menelan ludah,jantungnya berdetak dengan kencang. Apa yang diinginkan para Alumina ini kepadanya, pikirnya. Hampir semua mata para penghuni kelas sementara itu memandangnya. Dengan berat ia mengacungkan tangan kanannya.
“Sa...saya..” ujarnya dengan sedikit bergetar.
Kini ketiga pasang mata Alumina memandangnya. Jarak mereka hanya 4 bangku namun dengan jelas Reika, Kazuki, dan Yuh bisa merasakan kekuatan anak baru ini.
“Ikutlah dengan kami, Reita memanggilmu !” perkataan yang berupa perintah yang Yuh lontarkan sontak membuat seisi kelas itu kaget. Reita, siswa tahun kedua SMG yang bisa dikatakan anak ajaib itu memanggil seorang Matsumoto Tanakori, yang memang benar ia adalah seorang peraih peringkat tertinggi ujian masuk tahun ini. Dan bisa dikatakan ini adalah sebuah perintah pertama yang Reita keluarkan. Sontak saja semuanya kaget, tapi tidak bagi Ruki. Kejadian siang tadi si kantin utara sudah memberikan arti lain, ia tahu bahwa Reita mengawasinya dan buktinya ini tadi, para Alumina sekarang sedang berdiri di depan kelasnya, mencarinya membawa perintah atas nama Reita.
Ia berdiri, tangan kanannya mengepal, detak jantungnya berusaha ia atur. Hampir semua mata kini melihatnya berjalan menuju para Alumina. Takeru, Hikaru, dan Hiroto seakan mengetahui jawaban atas kediaman Ruki sedari tadi, mereka pun hanya bisa terdiam, kedua bola mata mereka hanya bisa memandang punggung Ruki yang semakin mendekati ketiga pengawal yang terkenal itu.

Kini, jarak Ruki dengan Reika yang berdiri paling depan hanya sekitar 40 cm. “Ikuti kami.” ucap Reika datar.
Ruki hanya mengangguk pelan. Mereka akhirnya berjalan keluar kelas, dengan Reika paling depan diikuti Kazuki dan Yuh serta Ruki paling belakang dengan kepala yang ia tundukkan.
Sudah dipastikan semua mata yang memperhatikan mereka tak mereka pedulikan, sudah biasa seperti ini, itu bagi Alumina tapi tidak bagi Ruki, dan ia hanya bisa terus berjalan dalam diam dengan pandangan yang tak berani ia angkat.

--------------------------

Lorong itu bisa dikatakan gelap, tak banyak cahaya yang masuk karena tertutupi tiang tiang besar pondasi SMG serta tumbuhan yang merambat tinggi, sunyi dan sepi, tak ada seorang pun yang mereka jumpai sepanjang lorong itu. Ruki melihat sekitarnya, di dinding-dindingnya terdapat beberapa lumut yang mungkin memang sengaja dibiarkan tumbuh, dalam hati ia berpikir bagaimana mungkin lorong ini dibiarkan berlumut begitu saja mengingat bangunan di SMG adalah bangunan elit semua.

“Gedung barat merupakan gedung yang tertua disini, jadi jangan heran bila seperti ini.” Kazuki yang seakan mengatahui isi hati Ruki tiba-tiba berkata untuk menjawab pertanyaan Ruki meskipun Ruki hanya bertanya dalam hati.
Dengan buru-buru ia mengalihkan pandangannya kembali ke depan, “Aa--ah hai Senpai...” ia menunduk kembali.
Setelah melewati belokan terakhir akhirnya mereka sampai di depan sebuah pintu yang lumayan besar.
Ruki memperhatikan pintu besar yang terbuat dari kayu dan memiliki ukiran-ukiran sederhana berwarna coklat tua itu.
“Kita telah sampai.” Kata Reika singkat, dan tangan kanan Yuh telah memegang kenop pintu itu dan bersiap membuka. Entah kenapa jantung Ruki berdetak lebih cepat dari yang tadi, ia seakan bisa merasakan akan ada sesuatu yang besar yang akan ia lihat ketika pintu itu dibuka.

Klek

Yuh telah membuka pintu itu, Ruki masih belum bisa melihat apa-apa, karena ia terhalang oleh badan tinggi dan besar para Alumina, tapi satu yang ia bisa rasakan, aura yang sangat kuat yang kini berhasil membuat ia tercengang, padahal ia masih belum tahu untuk apa Reita memanggilnya dan membawanya ke tempat aneh ini.
“Silahkan, mereka sudah menunggumu.” Kazuki mempersilahkan Ruki masuk, tapi tunggu dulu, mereka ? mereka siapa ? bukannya tadi dia berkata yang memanggilnya adalah Reita. Kembali Ruki dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang berusaha ia dapatkan jawabannya. Dan tentu saja jawaban itu akan ia dapatkan sebentar lagi.
“Ha—hai.” Ruki sedikit menunduk ke para seniornya itu. Tangan Yuh berusaha membuka pintu lebih lebar.
Begitu ia berjalan masuk, hal pertama yang ia dapat adalah sebuah cahaya remang-remang yang masuk melalui jendela kaca besar yang terpampang lurus di depannya.
Tiba-tiba sebuah suara berat terdengar.
“Kami sudah menunggumu Matsumoto Takanori.” Spontan Ruki menoleh ke kiri, tepat ke arah ‘mereka’.

Deg

Apalagi ini, kenapa perasaan aneh ini semakin kuat, dan aura yang tak bisa terbaca oleh orang biasa kini telah dirasakan oleh Ruki. Seperti ada sesuatu yang akan keluar dari dirinya, perutnya terasa berat.
Kini semakin jelas, orang-orang yang tadi siang baru saja ia lihat telah duduk dan sebagian berdiri tengah memperhatikannya, dan-----Subaru, sepupu Hiroto juga berada di dalam ruangan besar itu tengah tersenyum simpul ke arahnya, Ruki hanya bisa tercengang. Pandangan Ruki mengarah  ke seseorang yang tengah  sibuk mengaduk cangkirnya dan menyeruput isinya. Namun ada satu orang yang belum pernah ia lihat secara langsung,  hanya ia pernah melihatnya di majalah SMG. Dan itu adalah Shiroyama Yuu, sang ketua jajaran Senior yang sangat jarang terlihat umum itu.
Dan orang yang memanggil Ruki tadi yang tepat berada di depan Aoi –begitu ia dipanggil- adalah Uke Yutaka atau yang biasa dipanggil Kai yang baru saja ia lihat tadi siang.

Ruki masih diam kaku di depan pintu, hingga Kai yang tadi sibuk dengan cangkirnya menyuruhnya untuk mendekat “Kemarilah, sampai kapan kau akan berdiri diam disitu ?”
Ruki hanya menunduk, dan raut wajahnya tak terbaca, perasaannya semakin kacau sekarang. Namun ada seseorang yang Ruki cari-cari dari tadi, orang yang memanggilnya siapa lagi kalau bukan Reita, dimana dia ? pikirnya dalam hati. Namun belum sampai 5 langkah ia melangkah, ia bisa melihat sesosok pemuda yang ia cari-cari dari tadi, ya Reita. Sosok Reita yang sedang menyenderkan badannya di tembok di samping tempat duduk para ketua itu tetap saja tak memperhatikan Ruki, dengan tangan yang terlipat di dada ia sibuk melihat ke luar jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan gedung selatan SMG.
Bukannya ia yang memanggilku, tetapi begitu aku disini ia sekalipun tidak menoleh bahkan melirik, dengus Ruki dalam hati namun ekspresi tetap saja ia buat datar atau yang lebih tepatnya takut.
Kini jarak semakin dekat, Ruki berhenti dan berdiri tepat di di depan para pangeran SMG itu.
“Hoe Reita, bukankah kau yang memanggilnya, jadi bersikaplah ramah dengannya atau paling tidak lihatlah seseorang yang telah ditakdirkan untuk menjadi penyempurna kita.” Kai berbicara lantang memecah ketegangan yang Ruki rasakan.
'Haa ? penyempurna ? apa lagi ini ?' Ruki semakin tidak mengerti akan apa yang sebenarnya tengah ia hadapi, lagi dan lagi pertanyaan-pertanyaan aneh kini bertambah jumlahnya.
Reita pun memalingkan mukanya, tepat menatap manik Ruki.

Deg

Perasaan itu muncul kembali, perasaan yang sama ketika Reita melewatinya di kantin.
“Pasti ada yang aneh dengan perasaanmu kan.” Reita to the point.
“Bagaimana ia tahu ?” ujarnya dalam hati menanggapi apa yang baru saja Reita ucapkan.
“Itu wajar bagi seorang terpilih yang pertama kali merasakan ‘kami’. Tenanglah kami tidak akan melukai atau macam-macam denganmu.” Reika berkata sambil berjalan menghampiri Ruki.
“Hei Rei jangan buat takut anak baru itu.” Aoi menyela.
“Aku tidak membuatnya takut, aku hanya ingin mengenalkan siapa sebenarnya kita kepada anak ini.”
'Apa maksudnya ??' Ruki masih saja berdiri terdiam, dan kini Reita telah berdiri di depannya.
“Bukan Reita kalau dia tidak seperti itu, iya kan.” Kouki pun angkat bicara, diikuti cekikikan Kai, dan Saga.
“Diamlah kalian!” kata Reita tanpa menoleh.
Ruki hanya menunduk, melihat ke lantai keramik berwarna abu-abu tua itu. Sepertinya ia tengah mempersiapkan diri untuk melihat apa saja yang akan terjadi setelahnya.
 “Aku, atau yang lebih tepatnya kami, memanggilmu kesini bukan tanpa alasan. Ada banyak yang akan kami ceritakan kepadamu.” Reita memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Itu berarti ia sedang tidak main-main sekarang. Wajah Ruki mendongak, ekspresinya menunjukkan bahwa ia semakin tak mengerti dengan semua ini.

Ruangan  yang isinya terdiri dari ketiga Alumina, para jajaran Senior yang terkenal, sang ketua dan kedua muda Karasa, para ketua Naraku yang kini tersenyum simpul menatap Ruki, salah seorang anggota Naraku yang merupakan sepupu Hiroto, calon pion Reita, dan sanga ketua jajaran Senior yang sangat jarang terlihat di depan umum.  Sudah jelas bukan mereka bukanlah orang-orang yang biasa. Mereka sekarang –minus Ruki- bisa merasakan kekuatan yang sangat besar dari dalam anak baru itu. Sebuah kekuatan yang ‘hangat’ dan mereka juga tahu bahwa kekuatan itu belumlah keluar semua, masih sekitar 5%. Yaa 5% dari total kekuatan besar Ruki. 5% saja sudah seperti ini, apalagi kalau ia sudah mengeluarkan semuanya.
Anak baru itu memang ramalan yang telah terbukti benar.

Reita mengedarkan pandangannya. “Kau lihat..” Perkataan Reika sontak membuat Ruki ikut memperhatikan sekelilingnya, melihat para pangeran yang merupakan penjaga dan petarung yang kini sedang memperhatikan mereka berdua, hanya Aoi yang tak memperhatikan mereka berdua, ia tengah sibuk dengan sebuah cahaya putih yang keluar dari jemarinya.
Tunggu, cahaya putih ? bagaimana itu bisa terjadi ? Ruki hanya bisa tercengang, dan hampir tidak percaya dengan kedua matanya yang jelas-jelas bisa melihatnya. “Sesuai yang kau lihat, kami semua bukanlah orang-orang yang biasa.” Reita yang mengetahui akan apa reaksi Ruki kembali menatap Ruki.
“Go-gomen, tapi apa yang sebenarnya terjadi disini ??” akhirnya Ruki memberanikan diri membuka mulutnya.

Kai tersenyum, memperlihatnya dimplenya, ia pun ikut berdiri, berjalan menghampiri Ruki dan Reita yang 
berdiri tak jauh dari mereka.
“Kau tumben berbicara banyak Rei.” Kata Kai yang bisa merupakan sebuah ejekan kepada Reita.
Reita hanya bisa melirik ke arah Kai, tidak merespon perkataan ketuanya.
“Kau Matsumoto Tanakaori, sebentar lagi akan mengetahui apa sebenarnya Shirayumi Music Gakuen ini, dan siapa sebenarnya kami.” Ujar Kai yang kini telah berada cukup dekat dengan Ruki dan Reita.
“Ah dan maaf kami tidak memperkenalkan diri dengan baik.” Kai berkata dengan ramah membuat Ruki sedikit bisa tenang. Tapi meskipun tanpa memperkenalkan diri pun Ruki sudah tahu mereka semua. Sekarang siapa yang tidak tahu para senior yang terkenal sekaligus berbakat di SMG, pikir Ruki.
“Perkenalkan aku Uke Yutaka tapi panggillah aku dengan Kai, ketua dari kelas A-1 atau yang lebih rahasia..ketua Karasu.” Kai sedikit membungkuk memperkenalkan dirinya sendiri, Ruki menjadi sedikit canggung.
“Dan dia yang memanggilmu tadi, Suzuki Akira atau Reita. Penghuni kelas A-1 dan merupakan ketua muda Karasu, dan maaf jika tindakannya tadi tak membuatnya nyaman Matsumo—“
“Panggil saya dengan Ruki saja.” Potong Ruki. Tidak sopan memang tapi ia memang tidak terlalu suka jika ia dipanggil dengan Matsumoto.
“Baiklah, Ruki. Pertama-tama kau pasti bingung dan tak mengerti mengapa kau sekarang berada disini. Maafkan atas ketidak sopanan kami memanggilmu secara tiba-tiba.”
“Ti-tidak apa-apa.” Ruki berusaha mengatur bicaranya.
“Karena yang sudah kau lihat tadi dan yang sudah Reita katakan tadi, bahwa kami bukanlah orang-orang biasa.” Kai mulai menceritakan namun sekarang ia sudah berjalan-jalan di sekitar ruangan itu.
“Kau pasti juga melihat apa yang Aoi lakukan tadi bukan? Itu hanyalah sedikit clue dari apa yang akan kami katakan kepadamu.” Tatapan Kai lurus ke arah Ruki.
Ketua dengan rambut yang ia kepang kuda itu mendekat kembali ke arahnya, Ruki masih saja diam di tempat. Reita melipat kedua tangannya di dada.
“60 tahun yang lalu semuanya di mulai.” Kali ini nada bicara Kai mulai serius, tak ada senyuman yang menjadi ciri khasnya.
“Shirayumi Music Gakuen tentu saja belum ada. Hanya ada Karasu.” Ia mengambil jeda, membiarkan Ruki untuk mencerna perkataannya.
“Karasu, adalah sebuah perkumpulan dari para pemilik bakat istimewa yang sudah berdiri hampir 1 abad. Tak banyak orang yang percaya tentang bakat, malahan bagi sebagian orang itu hanya terdengar sebagai dongeng pengantar tidur.  Tapi asal diketahui saja, bakat itu ada, bahwa manusia dengan kekuatan itu ada. Dan bukan tanpa alasan Karasu didirikan. Karena bila pemilik bakat itu menggunakan kekuatan mereka tanpa kontrol maka hanya akan ada kekacauan. Oleh karena itu Karasu berdiri, melindungi, membimbing, dan mengontrol para pemilik bakat.” Kai memainkan jemarinya.
“Namun, 60 tahun yang lalu muncullah Kogurou. Mereka adalah orang-orang biasa yang merasa iri atas apa yang Karasu miliki, atas bakat yang tidak mereka miliki. Para anggota Karasu pun mengetahui niat dan maksud dari Kogurou dan oleh karena itu Naraku pun didirikan.”
“Naraku, pengawal Karasu. Sekumpulan orang-orang dengan bakat yang tak kalah hebat dengan Naraku, namun mereka bertugas untuk menjadi pengawal dan prajurit dan harus melindungi Karasu. Bisa dikatakan prajurit yang siap mati.” Kai memberi tekanan pada prajurit yang siap mati, Ruki kaget atas penjelasan Kai. Ia spontan menoleh ke arah Kouki dan Saga, namun mereka hanya tersenyum seolah tak ada apa-apa di balik kata itu.
“Tapi itu dulu, sekarang tidak. Sekarang Karasu dan Naraku sama-sama menjadi petarung, kami semua sederajat.” Tutur Saga dengan santainya.
Ruki pun hanya bisa menundukkan kepala dengan ragu-ragu.
“Kau tahu alasan lainnya kenapa Kogurou muncul ?” pertanyaan Kai membuat Ruki kembali berhadapan dengan Kai. Ruki kembali menggeleng. Tentu saja ia tak tahu. Ia hanya anak baru yang masih polos yang tidak tahu apa-apa kemudian harus mengalami semua ini, berhadapan dengan para pangeran SMG dan menemukan rahasia bahwa sekolah dambaannya itu menyembunyikan hal yang sangat besar. Dan sekarang ia disebut-sebut sebagai ‘penyempurna’ mereka. sudah cukup kebingungan untuk hari ini, batin Ruki.
“Karena bisa diketahui bahwa bakat dapat diturunkan kepada orang biasa, namun itu semua memerlukan pengorbanan. Kematian dari sang pemilik bakat.” Ruki menelan ludah dengan kalimat terakhir Kai.
“Bakat atau kekuatan yang dipaksa keluar akan membuat si pemilik mengalami Zero Drop. Dan hal itu yang membuat mereka meninggal. Dan itulah cara Kogurou mendapatkan kekuatan.” Kai mengedarkan pandangannya. Menatap ke Aoi.
“Itulah yang terjadi kepada Uruha...” Kai melemahkan suaranya, ia menunduk. Ruangan itu menjadi berkabung kembali.
“U-ruha ?” Ruki mengeja namanya.

Kai tak menjawab pertanyaan Ruki. Ia menatap ke arah pintu yang terbuka. Menunjukkan beberapa orang yang tak pernah Ruki kenal dan lihat sebelumnya.
“Yo, Ray, Tohya, Umi, K, dan Shin mereka adalah pion-pion kami.” Kata Kai begitu melihat ekspresi Ruki yang terlihat bingung. Kontan Ruki mengarahkan pandangannya ke arah pion-pion Reita itu.
Mereka ber-6 menundukkan kepala ke arah para pangeran SMG dan berjalan dengan tenang ke belakang para ketua Karasu.
“Uruha adalah pion terbaik dan terkuat kami.”Ray berkata tiba-tiba kemudian menundukkan kepala.
Seisi ruangan itu terdiam. Mengulang kembali kisah 2 bulan yang lalu.

“Ehem...”Kai berdehem mencoba mencairkan suasana yang kelam itu. Semuanya pun kembali fokus ke arah pembicaraan searah Kai dan Ruki.
“Albeiro, yang merupakan sumber kekuatan para anggota Karasu dan Naraku. Pernah  dicuri karena ada seorang anggota Karasu yang berkhianat. Tapi kemudian dengan usaha berat, Albeiro kembali. Namun tak utuh. Albeiro telah terpecah menjadi 10 bagian kristal. Dan beruntung kami mendapatkan 3 pecahan. Tapi itu juga tak bisa dikatakan beruntung karena 2 pecahan berada di tangan mereka, sedangkan 5 pecahan lagi tercecer ke ‘dimensi lain’ yang menjadi ‘ladang’ pertempuran antara Karasu dan Kogurou.”
“Dan saat ini kami sudah berhasil mengumpulkan 5 pecahan, meskipun pecahan kelima itu harus kami curi dari para Kogurou.”
“Pertempuran demi pertempuran telah dihadapi oleh para anggota Naraku yang tak sedikit mereka harus tewas. Namun jarang sekali kami mendapatkan hasil. Karena kebanyakan pecahan Albeiro itu palsu. Dan semakin lama kami mendapatkan pecahan itu, maka semakin melemah kekuatan para anggota Karasu serta Naraku.”

“Oleh karenanya sekolah ini didirikan oleh para anggota tua Karasu dan Naraku yang bertahan. Untuk mencari pemilik bakat yang tercecer di Jepang. Karena semenjak kejadian itu para anggota Karasu dan Naraku yang mencapai hampir 50 orang di seluruh Jepang memilih mundur dan hidup berbaur lagi dengan manusia yang lainnya. Menyembunyikan jati diri mereka sebenarnya. Dan lambat laun kami sadar, kami memerlukan pelindung untuk sekolah ini. Maka, para Dewan Tua itu sepakat membentuk Akai, sang penjaga.” Aoi menundukkan kepalanya sambil tersenyum, begitu pula para anggota Akai yang lain, tapi tentu saja minus Tora yang ia memang tak pernah tersenyum. Kai berjalan kembali ke kursinya.
“Dan mereka, Alumina. Mereka adalah penyeimbang antar dimensi dan penyeimbang kekuatan kami.” Seperti para anggota Akai lakukan, para Alumina menundukkan kepala dan tersenyum.

Reita tak tinggal diam, dengan tangan masih berada di sakunya ia menatap lambang yang menempel di tembok ruangan itu. Lambang itu berupa gambar perisai dengan kedua tombak yang menyilang di depannya, namun kedua tombak itu berbeda, yang satu berujung runcing dan satunya lagi berujung tumpul kemudian di sekelilingnya terdapat 3 gambar kobaran api.
Bisa dijelaskan bahwa perisai adalah Akai, tombak dengan ujung runcing adalah Karasu, tombak dengan ujung tumpul adalah Naraku dan 3 kobaran api adalah Alumina.

“Shirayumi Music Gakuen. Para Dewan Tua yang mendirikan sekolah inilah yang membuat sekolah ini terkenal dan besar, dengan sedikit bakat yang mereka keluarkan.” Tatapan Reita masih tak lepas dari lambang yang merupakan gambaran dari ‘peran’ mereka di sekolah itu.
“Dan kau tahu kenapa ujian masuk begitu ketat dan aneh bagi sebagian orang ?” Reita mengambil jeda, membiarkan Ruki mencerna kembali pertanyaannya, mengingat tentang ujian masuk yang baginya sangat berat dan memang sedikit aneh. “Karena para Dewan Tua bisa merasakan pemilik bakat jauh sebelum kalian menginginkan untuk bersekolah disini. Pasti sekarang kau sadar bukan, kenapa ujianmu dengan teman-temanmu yang ‘biasa’ itu berbeda.”
“Eh ? berbeda ?” Ruki bergumam dan ia baru tahu kalau ujiannya itu berbeda dengan teman-temannya yang lain.
Reita tahu bahwa anak yang sedang menjadi pusat perhatian seluruh pemilik bakat di SMG itu baru mengetahuinya sekarang. “Karena ujian itu untuk membuka sedikit bakat para anak-anak istimewa.” Reita mempertajam kata-katanya.
Ruki sontak menoleh ke arah Reita yang masih terfokus pada lambang yang hanya ada di 3 ruangan itu.
“Tak banyak di antara kami semua yang berdiri disini memiliki bakat asli dan menyadarinya. Salah satunya adalah kau sendiri.”
“Hanya aku, Aoi, Uruha, Kouki, Saga, Tora, Ray, dan Kai yang sudah mengetahui bahwa kami istimewa sejak kami kecil. Dan yang lainnya sama sepertimu, tak menyadari dan harus mereka buka lebih dulu.” Reita memalingkan pandangannya ke nama-nama yang ia sebutkan tadi. “Sedangkan Reno, Subaru, dan Nao sang  Flame yang memberikannya. Awalnya mereka hanya orang-orang yang biasa.” Mereka bertiga yang disebutkan namanya hanya tersenyum ke arah Ruki.
'Flame?' tanya Ruki dalam hati.
“Ramalan tentang kedatangannmu telah kami dengar sejak pertama kali kami menginjakkan ke sekolah yang dipenuhi dengan rahasia ini. Kau adalah penyempurna kekuatan kami Matsumoto Takanori. Meskipun 2 bulan yang lalu kami telah kehilangan salah satu pemilik bakat terkuat, tapi kami yakin bakatmu masih tetep bisa menyempuranakan kami.” Reita menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia menundukkan kepalanya.
“Oleh karenanya, tolong bergabunglah dengan kami sebagai petarung SMG dan sempurnakanlah kekuatan kami.” Pertama kali Reita mengucapkan kata ‘tolong’. Sebenarnya mereka semua yanga da di ruangan itu –kecuali Ruki- tak pernah menduga apa yang akan Reita katakan. Namun mereka hanya tersenyum dengan yang Reita lakukan. Karena mereka tahu, Reita tak pernah tak memikirkan nasib para pemilik bakat.
Dibalik sikapnya yang dingin ada sebuah rasa kepedulian serta tanggung jawab yang besar yang ia pikul.
“Ehh ?” Ruki bingung akan mengatakan apa. ini semua terlalu mendadak baginya, terlalu mengejutkan dan membingungkan.

“Go-gomen meskipun aku sebenarnya tidak begitu paham dengan apa terjadi, tapi...jika apa yang ada dalam diriku ini bisa membantu kalian semua, maka aku tak bisa tinggal diam. Aku akan bergabung dengan kalian.” Ucap Ruki malu-malu.
Ucapan Ruki itulah yang memberi para pemilik bakat kekuatan yang lebih besar.
“Arigatou, Ruki...” ucap Reita singkat dan kini ia berbalik badan.

“Kalau begitu selamat datang di Shirayumi Music Gakuen yang sebenarnya...” ucap Shou tiba-tiba yang langsung di sambut dengan gaya khas masing-masing yang ada disitu. Aoi dan Kai mengangkat cangkir mereka ke arah Ruki dan tersenyum. Reita, meskipun Ruki tak bisa melihatnya namun ada senyuman kecil yang tergambar dan itu bisa dilihat oleh Ray dan Yo. Saga dan Kouki melakukan toss berdua. Para Alumina –Yuh, Kazuki, Reika- menundukkan kepala ke arah Ruki. Para Akai –Ibuki, Nao, Byou, Tora, dan Reno- yang berdiri di belakang ketuanya juga tersenyum ke arah Ruki, dalam hati mereka mengatakan hal yang sama ‘arigatou Ruki’. Subaru yang memang sudah mengenal Ruki dan pernah mengobrol dengannya itu memberikan jempolnya ke Ruki. Ruki memberikan senyum manisnya. Dan para pion Reita dan Kai – Shin, K, Tohya, Umi- dan seorang calon pion yang akan segera diangkat, Tomo memberikan senyuman serta tatapan yang sekan berkata selamat-bergabung-dengan-kami.

Dari situ pertanyaan-pertanyaan Ruki telah terjawab. Ruki, sang penyempurna telah datang. Seorang anak yang telah teramalkan. Bakat yang akan segera di bangkitkan. Tanpa ia sadari tembok yang telah membelenggu bakatnya itu satu persatu mulai runtuh. Dan Ruki telah menerima takdirnya. Namun ada satu hal yang belum ia ketahui.  Kogurou bukanlah sekumpulan orang-orang tanpa bakat, yang hanya bisa merebut kekuatan dari lawannya. Mereka sekarang telah berubah. Pemilik bakat yang tersisihkan, yang memutuskan untuk bergabung dengan Kogurou dan ingin mengalahkan para anak-anak pemilik bakat di Shirayumi Music Gakuen dan merebut Albeiro demi kepentingan egois mereka.

----------------

“Cih, mereka meremehkan kita rupanya.”
“Tenang saja. Akan kita buktikan bahwa kita lebih kuat sekarang.”
“Meskipun begitu, kalian berhati-hatilah. Sepertinya mereka mempunyai pion yang baru. Sungguh menarik.”
“Tapi, seberapa banyaknya pion mereka yang baru dan seberapa kuatnya mereka sekarang, hal itu tak akan merubah bahwa kita memiliki kekuatan Uruha, sang pemilik bakat terkuat dari Karasu.”

--------Chapter 05 End-------


  
Hyaaaaah author tahu ini sudah hampir 5 bulan *bener gak sih*
Awalnya udah gak ada ide, tetapi karena ada salah seorang readers yang sangat baik hati nge'add fb author dan meminta author untuk nerusin
maka dengan keyakinan penuh(?) author terusin
sankyu ya buat Miko ^w^)/
dan GOMEN mungkin semakin aneh ini cerita
tapi inilah imajinasi author
hontou ni arigatou buat yang udah menanti *emang ada*
sampai jumpa di chapter 6 yang enggak tahu kapan selesainya *oii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About