Title :
FOR YOU
Fandom :
BORN
Cast :
Ray, Ryoga, K, Tomo, dll (?)
Genre :
General
Rating :
T
Author :
Lycoris
Dibuat
dalam rangka ulang tahun Ray
Didorongnya dengan keras pintu studio tempat mereka
berempat latihan. Lelaki dengan warna rambut coklat itu kesal, dan lelah. Bagaimana
tidak ? 3 jam mereka berada di studio tapi selalu saja salah tempo. Entah itu
suara Ryoga yg fals, senar gitar K yg putus, Tomo yg salah tempo, dan lain
sebagainya. Belum lagi dia yg sudah menunggu mereka bertiga sejak jam 9 pagi !
sedangkan Ryoga, Tomo, dan K baru muncul pukul setengah 1 !
“Tjh
!” Ray mengumpat pelan sembari keluar dari studio. Membanting pintu kayu yg
membuat ketiga temannya terdiam.
Di pakainya kardigan tipis perpaduan warna hitam dan
abu-abunya sembari dia jalan. Karena tidak mungkin sekarang dia memakai jaket
tebal kan ? Jepang tengah dilanda musim panas.
Tidak ada yg berani menanyai ataupun menyapa Ray begitu dia
berpapasan dengan beberapa staff studio. Tidak ada. Mereka tau, jika Ray keluar
dengan wajah datar tanpa lengkungan tipis senyumnya berarti dia sedang marah
besar. Apalagi ditambah tidak adanya teman-teman satu bandnya di sekitarnya –karena
kebiasaan BORN setiap selesai latihan pasti akan keluar bersama.
Begitu lelaki itu keluar dari gedung dihirupnya udara musim
panas. Berjalan ke kanan menyusuri trotoar yg dipenuhi oleh para pejalan kaki
sepertinya.
.
.
“Woi
woii sepertinya dia marah sungguhan.” Ryoga berkata pelan kepada kedua temannya
yg hanya menatap punggung sang leader sampai menghilang, meninggalkan pintu
studio yg bergetar karena didorong dengan kuat.
Tomo
mengecek symbalnya, “Bukankah itu tujuan kita. Membuatnya marah.”
“Aho ! kau tau kan dia kalau marah susah
untuk diredakan.” K menatap Ryoga dan Tomo bergantian. “Dia memang jarang
sekali marah, tapi sekali dia marah kita akan membutuhkan minimal 3 hari untuk bisa
seperti biasa.”
Tomo menghampiri Ryoga, mengambil duduk di sofa kecil
berwarna coklat muda. “Apalagi besok malam kita ada live ulang tahun Ray.”
“Ray
tidak akan membawa rasa marahnya di atas panggung, meskipun yaaah kau---“ K
menunjuk Ryoga yg sedang memainkan tangannya.
“Apa
?” Reflek Ryoga menoleh ke arah si gitaris.
“Meskipun
terkadang kau berusaha mendekatinya hanya sekedar memberikan fan service kepada para fans, tapi kau
ingat kan yg terakhir ? Ray tidak akan menanggapi. Paling dia hanya akan
tersenyum tipis, dan percayalah itu bukan senyum tulusnya.” K mengingat
kejadian live bulan lalu yg dengan sengaja Ryoga mendekati Ray kemudian
menyentuh dada bidangnya di tengah dia bermain gitar. “Itu saja ketika dia
tidak marah, apalagi kalau dia marah.”
“Kau
hanya akan mendapat lirikan menakutkannya.” Tomo menambahi.
Ryoga masih diam sambil manggut-manggut menaggapi obrolan
kedua temannya. “Mau bagaimana lagi, Ray tidak pernah berubah sejak dulu.”
.
.
.
Ray menegak gelas terakhir sakenya. Sudah 3 botol besar
sake dia minum malam itu. Di tempat biasa dia melepaskan stres karena pekerjaannya,
sebuah kedai kecil yg berada di dalam sebuah gang sempit. Tak banyak orang yg
tau tentang keberadaan kedai sake itu. Bahkan Ryoga dkk tidak pernah
mengetahuinya, karena tempat itu adalah tempat rahasia Ray, jika dia sedang
stres ataupun banyak pikiran. Lelaki itu memang tidak pernah mengajak temannya
sama sekali, dia lebih memilih pergi sendiri serta mematikan seluruh alat
komunikasinya. Mengobrol bersama pemilik kedai yg sudah mengenal Ray selama
hampir 7 tahun.
.
.
“Nomor yg Anda tuju tidak dapat sihubungi. Mohon
tinggalkan pesan setelah----“ laki-laki itu memutus sambungan telponnya. Sudah
3 kali dan jawaban operator perempuan yg ia dapatkan.
“Ck
Ray. Kebiasaanmu tidak pernah berubah.” Ditaruhnya keitainya ke saku celana,
laki-laki berperawakan sedang itu turun dari bis yang telah membawanya. “Padahal
aku kan sudah disini untuk bertemu denganmu dan yg lain.”
Dengan langkah enteng, laki-laki dengan rambut hitamnya itu
berjalan. Ia menghirup nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. “Sudah lama
sekali aku tidak merasakan udara malam Tokyo.”
Ia mengambil keitainya lagi begitu ia merasakan benda itu
bergetar di saku celananya. Tanpa dilihat lebih dulu siapa yang menghubunginya,
ia langsung menyentuh tombol hijau dan mendekatkan keitainya di telinga kanan.
“Hoi
!” teriakan dari seberang telpon terpaksa membuatnya menjauhkan keitainya dari
telinga. Setelah ia rasa teriakan itu berhenti, lelaki itu mendekatkan lagi
keitainya. “Berisik. Bisa tidak kau pelan sedikit, aku belum tuli sampai harus
kau teriaki.” Ia terkikik pelan.
“Baka,
kau sedang di Tokyo kan ?!”
“Ya
aku sedang di Tokyo untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu secara
langsung meskipun aku telat.” Ia tertawa lagi. Laki-laki itu berdiri di depan
sebuah live house, memperhatikan tempat
yg dulu sering ia gunakan untuk tampil bersama keempat temannya, dulu.
“Kifumi
!” suara yg diseberang telpon berganti. Oh itu suara Tomo, katanya dalam hati.
“Hmn
? Aku tahu kalian pasti merindukanku kan ?” Laki-laki itu, Kifumi kembali
berjalan menyusuri trotoar yg tidak terlalu ramai.
“Cepat
kesini, kita akan merayakan ulang tahun Ryoga dan Ray bersamamu.” Ujar Tomo
bersemangat, tidak mempedulikan K yang tengah berusaha meraih handphone Ryoga.
“Iya
iyaa aku akan kesana, tapi tidak malam ini. Aku harus mencari penginapan dulu
dan baru bisa menemui kalian besok. Lagipula, anak itu sedang marah ya ? sudah
3 kali aku mencoba menghubunginya tapi sepertinya ia sengaja mematikan
handphone.”
Di seberang sana, pada akhirnya sambungan itu Tomo loud speaker agar Ryoga dan K juga
mengetahui apa yang tengah Kifumi bicarakan.
“Tentu
saja, kami sengaja membuatnya marah.” Ryoga menanggapi, namun segera K sahut, “Itu
ide bocah Ryoga. Dan kami hanya mengiyakan.”
Kifumi tertawa sambil berjalan. “Kalian tidak berubah,
masih saja membuat seseorang marah tepat sehari sebelum dia ulang tahun. Tapi
salah sendiri Ray tidak pernah peka dari dulu.”
“Oleh
karena itu, besok kau harus datang di live kami. Kita akan membuat kejutan
untuknya dan untuk fans yg merindukanmu.” K berbicara dengan sungguh-sungguh.
Fans ya, Kifumi tersenyum sendiri. Ya memang dia sangat
merindukan berdiri di atas panggung bersama Ryoga, Ray, Tomo dan K. Tapi semuanya
sudah tidak bisa lagi, ada tanggung jawab yang lebih lebih besar yang sedang ia
jalani sekarang.
“Yosh
tunggu aku besok di tempat biasa.”
Setelah mengobrol ringan beberapa saat Kifumi pun
memutuskan sambungan telponnya. Kembali mencari penginapan yang sudah menjadi langganannya
setiap ia ke Tokyo. Sebenarnya ia juga sering menginap di apato teman-temannya,
tapi ia tahu pasti sekarang apato ketiga temannya sedang berantakan, lalu apato
Ray, tidak mungkin kan dia menginap ke tempat orang yang akan ia berikan
kejutan nantinya.
.
.
.
Dengan memegang cup kopi berlabelkan sebuah brand terkenal,
Kifumi duduk sambil menghisap rokoknya di sebuah kafe kecil pinggir jalan raya.
Tak lama kemudian Tomo muncul yang dibelakangnya terdapat sosok K.
Setelah melakukan salam khas mereka dan mengobrol sebentar
ketiga sekawan itu berjalan meninggalkan kafe itu.
“Aku
membayangkan apa yg akan Ryoga katakan kepada Ray nanti setelah insiden kemarin.”
Tomo membuka suara.
“Jangan
berharap banyak dengan Ryoga, dia pasti hanya akan membuat Ray mengangguk
malas.” Ucap K disertai tawa. Ya memang seperti itulah Ray jika sedang marah
dan ada Ryoga di dekatnya.
“Dan
Ray hanya akan berkata ‘hmn’...” Kifumi menirukan nada bicara Ray jika tengah
marah. Mereka bertiga hanya tertawa kecil.
Setelah
kurang lebih 10 menit mereka berjalan kaki akhirnya mereka sampai di tempat
tujuan.
“Kau
tidak apa-apa kan menunggu sampai jam 6 sore disini ?” tanya Tomo
“Aku
sudah biasa menunggu, tenang saja. Untuk kalian sukses untuk live malam ini !”
Kifumi mengarahkan tinjunya ke Tomo dan K.
“Tentu
saja !” K mengikuti gerakan Kifumi yg disusul oleh Tomo.
.
.
.
Ray memejamkan matanya di sudut ruang make-up. Ya, dia
masih kesal dengan ketiga temannya. Tapi ia tahu, jika sudah di panggung dia
harus profesional. Melupakan semua masalah yang terjadi diantara mereka
berempat. Memberikan penampilan terbaik atas nama BORN. Apalagi sekarang adalah
ulang tahunnya.
Di sudut lain selain Ryoga, K dan Tomo, terdapat Mio yang
sedang dirias, Ibuki yang sedang mengobrol bersama dengan Chobi. Live kali ini
memang bukan hanya ia bermain musik bersama ketiga teman satu bandnya. Tapi juga
teman-temannya yg lain.
Jam menunjukkan pukul 18:00 saatnya untuk bersiap-siap. Ray
bangun dari duduknya setelah berbagi cerita dengan Ibuki. Mereka yang akan
tampil berdiri dan membentuk suatu lingkaran, setelah berdoa dan menggepalkan
tangan bersama-sama, satu persatu mulai berjalan keluar dari ruangan dan
menyusuri lorong untuk ke atas panggung, menemui para fans yang sudah menunggu
penampilan mereka.
.
.
.
.
Setelah membawakan 8 lagu bersama BORN, 3 lagu bersama
Ryoga, Ibuki, dan Chobi, serta penampilan solonya, Ray turun dari panggung
untuk mengganti bajunya dengan kaos yg sudah disiapkan.
Tanpa ragu, dia naik kembali ke atas panggung menyapa para
penggemarnya yang dengan rela sudah mau menonton penampilan sekaligus merayakan
ulang tahunnya. Ray menggendong gitar hitamnya sambil mengucapkan rasa terima
kasihnya.
“Terima
kasih banyak untuk kalian yang dengan rela meluangkan waktu untuk menontonku.”
Ray tertawa yang disusul oleh tawa para fans yang kebanyakan adalah perempuan.
“Aku
tidak pernah menyangka waktu cepat sekali berlalu, rasanya baru seperti kemarin
aku berdiri di atas panggung dan bermusik dengan mereka. Banyak hal terjadi
dengan kami, denganku yang tidak semuanya itu mengenakkan. Tapi, selalu ada
pihak yang membuatku untuk terus berdiri dan bangkit, dan juga kalian, alasanku
untuk terus bermusik.” Ucapan Ray disertai tepuk tangan oleh penggemarnya yang
memenuhi live house itu. Tidak lupa juga teman-teman sesama musisinya yang
berdiri di belakangnya atau pun yang sedang di backstage.
“Terima
kasih dan maaf untuk Tomo, K dan Ryoga
yang meskipun kemarin aku sempat marah besar dengan mereka, tapi tanpa
kalian aku tidak akan pernah bisa berdiri di sini.” Ryoga yg berdiri di sebelah
Ray langsung merangkul Ray, dan hal itu membuat beberapa penonton berteriak
histeris.
Ray terdiam beberapa saat sebelum membuka mulutnya lagi, “Sebuah
lagu yang berisi rasa terima kasih untuk kalian semua.”
Ray melirik Tomo untuk mulai memainkan drumnya, Ryoga yang
tengah menggengam mic serta K yang mulai memetik gitarnya. Sebuah harmonisasi
yang tercipta dari musik yang mereka berempat mainkan. Namun belum selesai
intro, nada yang dimainkan berbeda. Ray menoleh ke Ryoga, K dan Tomo dengan
tampang bingung. Belum sempat rasa bingungnya selesai, dari sisi kanan panggung
terdengar seseorang tengah bernyanyi.
“Happy
birthday to Ray, happy birthday to Ray-----“
Ray membulatkan matanya, mengetahui siapa yang muncul
dengan membawa sebuah kue tart manis.
“Ki—fumi
?” Ray menghentikan permainan gitarnya. Namun tidak dengan Ryoga, Tomo, K,
serta Mio yang tetap melanjutkan, mereka memainkan musik happy birthday untuk
Ray.
Begitu Kifumi berjalan ke tengah panggung semua fans pun
berteriak. Tentu saja karena mereka sangat merindukan Kifumi. Begitu juga
dengan Ray.
Begitu
Kifumi berdiri di depan Ray, musik pun berhenti.
“Oi
cepat tiup sebelum meleleh.” Ucapan Kifumi hanya ditanggapi dengan tawa dari
Ray sebelum dia akhirnya meniup lilinnya.
“Bagaimana
? sudah lega karena marah dengan kami ?” Ryoga tiba-tiba berkata yang disahut
oleh K, “Ray-chan selalu saja bisa masuk ke dalam rencana bocah kami.” Kontan saja
seisi penonton serta beberapa teman mereka tertawa.
Ray
membela diri, “Hoi hoi ! itu aku sengaja membuat kalian berpikir aku marah.”
Kifumi
segera menyahut, “Lalu kenapa sampai mematikan handphonemu ? Padahal aku sudah
jauh-jauh datang dan ingin langsung menemuimu.”
“Itu
untuk melengkapi aktingku.” Ray membela lagi, kali ini ditimpali oleh Ryoga, “Ya
yaa sesuka leader sajalah, tapi yang jelas hari ini kau bertambah umur. Semoga apa
yang akan terjadi semakin baik.”
Tomo memberi aba-aba dengan mengangkat stik drumnya, “HAPPY
BIRTHDAY RAY-CHAN~~” dan sesisi live house itu pun menggemakan ucapan ulang
tahun kepada Ray.
Membuat Ray terharu dan hampir menitikkan air matanya. Semuanya
larut dalam kesenangan malam itu, bahkan Kifumi pun pada akhirnya mengangkat
kembali bassnya dan memainkan satu lagu bersama dengan Ray, Ryoga, K dan Tomo. Membuat
sebuah ulang tahun sang leader menjadi bermakna.
--OWARI--
pokoknya HAPPY HAPPY HAPPY BIRTHDAY RAY~~
doanya sebut sendiri (?)
maaf jika banyak typo(s), bahasa yang aneh, dan segala bentuk keanehan lainnya. author buatnya waktu sedang di kantor /terus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar