Dahulu ada cerita dari yang punya cerita, begini ceritanya…
Beberapa ekor burung yang selalu bermain di dahan pohon ceri melihat siput itu dan bersiul-siul mencemooh. “Hahaha… dasar siput bodoh. Untuk apa kau memanjat pohon ini? Belum ada buah ceri yang tumbuh… lagipula mau sampai kapan kau memanjat? Sudah turun saja!” ujar sang burung sambil terbahak-bahak.
Mendengar hal itu, siput kecil tidak putus asa atau marah, “Tuan burung, saat ini memang belum ada buah ceri, tetapi saat aku sampai di atas, pasti buah ceri sudah banyak yang ranum,” ujar si siput yang terus melanjutkan perjalanan menuju puncak pohon. Kata-kata tajam dari burung membuat semangatnya makin membara untuk dapat mencapai puncak pohon, sekalipun perlu waktu yang sangat lama.
Hari demi hari berlalu, burung-burung yang terbang di dekat pohon ceri masih menertawakan siput kecil dan mengatakan kalau siput itu bodoh. Siput kecil berusaha tidak mendengar dan tetap pada tujuannya. Panas dan hujan yang silih berganti dia nikmati dalam perjalanan. Berbagai hinaan yang dilontarkan masih menjadi penyemangat.
Hingga pada akhirnya, musim semi datang, bunga-bunga pada pohon ceri telah berubah menjadi buah yang merah dan manis dengan lebatnya. Siput kecil telah sampai di puncak pohon dan menikmati buah merah tersebut dengan lahap. Burung-burung yang menghina siput tersebut akhirnya terdiam dan merasa malu karena perhitungan siput akan matangnya buah ceri benar, kegigihan dan usaha pantang dari siput kecil ternyata membuahkan hasil yang manis.
sumber : http://siput.web.id/tentang-aku/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar